Salah
satu alternatif model pembelajaran inovatif adalah model pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP), nama model tersebut diambil dari penelitian yang
dilakukan oleh Thomas L. Good dan Douglas A. Grows pada taahun 1979 dengan
judul penelitian “The Missouri
Mathematics Effectiveness Project: An experimental study in fourth-grade
classrooms”.[1]
Mathematical
thinking is like an attitude, as in it can be expressed as a state of
“attempting to do” or “ working
to do” something. It is not limited to result represented by action, as in “the
ability to do” or “couldn’t do” something.
Menegaskan bahwa mathematical
thinking seperti sebuah sikap, di dalamnya dapat dinyatakan sebagai keadaan
“mencoba untuk melakukan” atau “ bekerja untuk melakukan” sesuatu. Hal itu
tidak terbatas pada hasil yang diwakili oleh tindakan, seperti dalam “kemampuan
untuk melakukannya” atau “bisa melakukan” atau “tidak bisa melakukan” sesuatu.[2]
Salah satu model yang secara empiris dikembangkan
melalui penelitian adalah model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP). Missouri Mathematics
Project (MMP) merupakan salah satu model yang terstruktur
seperti
halnya
struktur
pengajaran
matematika.
Sebelum membahas mengenai model MMP ada baiknya melihat dahulum struktur pengajaran matematika (SPM).
Struktur pengajaran matematika (SPM) adalah tahapan kegiatan dalam proses pembelajaran termasuk perincian
waktunya. Komponen struktur pengajaran matematika
(SPM) adalah sebagai berikut:
1. Pendahuluan: Apersepsi/
revisi dan motivasi.
2. Pengembangan: Pembelajaran konsep.
3. Penerapan: Pelatihan penggunaan konsep, pengembangan skiil dan evaluasi.
4. Penutup : Penyusunan rangkuman, penugasan.
Sedangkan model
Missouri Mathematics
Project
(MMP) dikemas
dalam langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Pendahuluan atau review
Guru dan peserta didik meninjau ulang apa yang telah tercakup
pada pelajaran
yang
lalu
(10
menit). Yang
ditinjau adalah:
PR, mencongak,
atau membuat prakiraan.
2. Pengembangan
Guru menyajikan ide baru dan perluasan konsep terdahulu.
Peserta didik
diberi tahu
tujuan
pelajaran
yang
memiliki “antisipasi” tentang sasaran pelajaran. Penjelasan
dan diskusi interaktif
antara guru dan peserta
didik harus disajikan
termasuk demonstrasi kongkrit
yang sifatnya piktorial atau simbolik. Guru merekomendasikan 50 % waktu pelajaran untuk pengembangan.
Pengembangan
akan
lebih
bijaksana
bila dikombinasikan dengan kontrol latihan untuk menyakinkan bahwa peserta didik mengikuti penyajian
materi baru itu.
3. Kerja kooperatif (latihan terkontrol)
Peserta didik
diminta
merespon satu rangkaian soal sambil
guru mengamati kalau-kalau terjadi
miskonsepsi.
Pada latihan terkontrol ini respon setiap peserta
didik sangat menguntungkan bagi guru dan peserta
didik.
Pengembangan dan latihan terkontrol dapat
saling mengisi
dengan
total
waktu
20
menit. Guru harus memasukan
rincian khusus tanggung jawab
kelompok dan ganjaran individual berdasarkan pencapaian
materi yang telah dipelajari. Peserta
didik
bekerja sendiri atau dalam kelompok
belajar kooperatif.
4. Seat work/ Kerja mandiri
Guru memberikan
soal/
ide
dan
peserta
didik
bekerja sendiri untuk latihan/ perluasan mempelajari konsep yang disajikan guru pada
langkah 2 (pengembangan).
5. Penugasan/ PR
Memberikan penugasan/ PR kepada peserta
didik agar peserta didik juga
belajar
di
rumah sebagai pendalaman materi.
Waktu
pemberian PR diakhir proses
belajar mengajar
dan
isi/
soal
dari
PR
tersebut tentang materi pelajaran
yang baru diajarkan.[3]
Model pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP) memiliki
beberapa kelebihan, diantaranya:
1. Banyak materi yang bisa tersampaikan kepada peserta didik
karena
tidak terlalu banyak memakan waktu. Artinya, penggunaan
waktu
dapat diatur relatif ketat.
2. Banyak latihan
sehingga peserta didik
mudah terampil dengan
beragam soal.
Disamping memiliki kelebihan, model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) juga
memiliki kekurangan, diantaranya:
1. Kurang menempatkan
peserta didik pada posisi yang aktif.
2. Mungkin peserta didik akan cepat bosan karena lebih banyak
mendengar.
[1] Syamsul
Aziz. Peningkatan Pemahaman Matematik
Peserta Didik Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Missouri Mathematics
Project (MMP) (Penelitian di Kelas VIII SMP 12 Tasikmalaya Tahun Pelajaran
2012/2013). (Tasikmalaya, Jurnal Pendidikan Matematika, 2013), h. 4.
[2] Miftakhul,
Jannah, dkk. Penerapan Model Pembelajaran
Missouri Mathematics Project (MMP) Untuk Meningkatkan Pemahaman dan Sikap
Positif Siswa Pada Materi Fungsi. Karanganyar: (Karanganyar: Jurnal Pendidikan Matematika Solusi. Vol. 01, No.
01. 2013), h. 62.
[3] Krismanto,
Beberapa
Teknik, Model,
dan Strategi
dalam Pembelajaran Matematika, http://p4tkmatematika.org/download/sma/strategi pembelajaran
matematika.pdf, Didownload pada Hari
Sabtu Tanggal 11 Agustus
2014.
No comments:
Post a Comment