Wednesday, 24 February 2016

Strategi Pembelajaran GASING



GASING merupakan akronim dari gampang, asyik dan menyenangkan. Matematika  GASING  adalah  suatu  metode  pembelajaran matematika yang diciptakan dan dikembangkan pada tahun 1996 oleh Prof. Yohanes Surya Ph.D, agar matematika dapat dipelajari dan diajarkan secara gampang, asyik dan menyenangkan. Strategi pembelajaran GASING merupakan  terobosan  reformasi  dalam  pembelajaran  matematika. Strategi pembelajaran GASING mengajarkan bagaimana berfikir seperti seorang matematikawan dalam menyelesaikan soal-soal matematika dengan pendekatan logika dan hampir tanpa rumus, karena strategi pembelajaran GASING ini menggunakan metode logika biasa berdasarkan konsep dasar matematika dan kemampuan hitung dasar matematika yang meliputi tambah, kurang, bagi, dan kali, peserta didik dapat mengerjakan soal dengan cepat dan benar. Jadi, strategi pembelajaran GASING melatih bagaimana mengungkapkan atau memecahkan berbagai persoalan matematika dengan logika kata-kata, sementara rumus bisa menyesuaikan setelahnya.
Strategi pembelajaran GASING dikembangkan dan diprakarsai oleh Prof. Yohanes  Surya,  Ph.D,  ilmuan  fisika dan matematika  yang  lahir  di  Jakarta,  6 November 1963 dan saat ini menjabat sebagai ketua TOFI (Tim Olimpiade Fisika Indonesia), pendidik besar di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga dan juga sebagai          rektor UMN    (Universitas Multimedia Nusantara). Menurut Prof. Yohanes Surya, jika peserta didik diharuskan menghafal rumus untuk belajar matematika justru akan membuat peserta didik semakin membenci pelajaran matematika. Oleh karena itu idealnya harus dimulai dari mengerti konsep, membangun logika, setelah itu baru menuangkannya dalam bentuk  rumus. Dengan adanya pembelajaran GASING peserta didik diharapkan  lebih menyukai pelajaran matematika dan tidak lagi menganggap bahwa matematika adalah pelajaran  yang  sulit,  membosankan,  dan  hanya  bisa  dikuasai  oleh orang-orang yang memiliki IQ tinggi.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. Yohanes Surya, untuk membuat matematika itu gampang, asyik dan menyenangkan (GASING) beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
a)      Hindari matematika yang sulit, kalau perlu cari alternatif solusi yang menggunakan matematika lebih sederhana.
b)      Manfaatkan pengertian konsep matematika yang benar dan lebih menekankan pada logika dibandingkan dengan menggunakan rumus-rumus turunan.
c)      Gunakan angka-angka yang mudah dan bulat seperti 1, 2, atau 10 ketika sedang mengajarkan konsep melalui berbagai contoh soal. Hindari angka-angka koma atau pecahan agar konsentrasi peserta didik tidak disimpangkan dari solusi matematika.
d)     Perbanyak dialog langsung dengan peserta didik terutama tentang konsep- konsep matematika yang baru diajarkan. Meminta peserta didik mengeluarkan pendapatnya  untuk  menyelesaikan  soal-soal  yang  berhubungan dengan konsep yang diberikan.
e)      Perbanyak  eksperimen  dan  demonstrasi  matematika  sehingga  setiap peserta didik menikmati asyiknya matematika dan peserta didik bisa merasakan bahwa matematika itu sungguh menyenangkan.
Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran GASING dapat dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:
a)      Tahap Pertama: Dialog Sederhana
Dialog merupakan bentuk komunikasi dua arah, dalam hal ini yang terlibat adalah pendidik dan peserta didik. Menurut teori belajar connectionism atau bond hypothesis yang dikemukakan oleh Thorndike, belajar adalah pembentukan atau penguatan hubungan antara S (stimulus) dan R (respon) sehingga antara S dan R terjadi suatu hubungan (bond) yang bertambah erat bila sering dilatih. Berkat  latihan  hubungan  antara  S  dan  R  harus  memberikan satisfactionatau kepuasan. Rasa kepuasan merupakan reinforcement atau penguat. Tentang hubungan S dan R, Thorndike menemukan bermacam-macam hukum atau laws. Beberapa di antaranya adalah Law of effect, Law of exercise atau law of use and law of disuse (hukum latihan atau hukum penggunaan dan penidakgunaan), Law of multiple response (hukum respon berganda), Law of assimilation atau law of analogy (hukum asimilasi atau hukum analogi).
Dari keempat hukum di atas, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara S (stimulus) dan R (respon) sangat berperan penting dan saling berkaitan dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan.
b)      Tahap kedua: Berimajinasi atau berfantasi.
Sebenarnya imajinasi atau fantasi dalam proses pendidikan penting  untuk  dimiliki  peserta  didik,  tapi  aspek  ini  banyak diabaikan oleh pendidik dalam kegiatan belajar mengajar. Imajinasi penting  karena  dengan  imajinasi  peserta didik  akan  bisa  melahirkan suatu konsep, kreativitas, inovasi dan perilaku yang aktual dalam kehidupannya. Dengan kata lain, imajinasi lebih utama daripada pengetahuan.
c)      Tahap ketiga: Menyajikan contoh-contoh soal secara relevan.
Latihan  atau  training,  merupakan  suatu  cara  mengajar  yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Cara ini dapat  juga  digunakan   untuk  memperoleh  suatu  ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan peserta didik dengan tujuan untuk memperkuat penguasaan matematika peserta didik. Dalam latihan ini, peserta didik hanya berlatih dengan menggunakan logika matematika yang sederhana yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
d)     Tahap keempat: Menyajikan materi secara mendalam.
Dengan memberikan makna mendalam terhadap setiap materi matematika, diharapkan peserta didik mengetahui fenomena-fenomena apa saja yang dialami oleh setiap objek dalam butir soal.
e)      Tahap kelima: Memberikan variasi soal.
Tugas atau resitasi, merupakan suatu cara menyajikan bahan pelajaran di mana pendidik memberikan tugas tertentu berupa variasi soal  agar  peserta  didik  melakukan  kegiatan  belajar,  kemudian harus dipertanggungjawabkannya. Tugas yang diberikan oleh pendidik dapat  memperdalam  bahan  pelajaran,  dan  dapat  pula mengecek bahan yang telah dipelajari. Tugas dapat merangsang peserta didik untuk aktif belajar baik secara individual maupun kelompok.
Kelima tahapan  yang dilakukan dalam strategi pembelajaran GASING ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1 : Tahapan Strategi Pembelajaran GASING
Tahap-Tahap
Aktivitas Pendidik
Tahap 1
Dialog sederhana
Pendidik memulai pembelajaran dengan berdialog secara sederhana dengan peserta didik seputar materi yang akan dipelajari. Dari dialog ini diharapkan peserta didik dapat memberikan pendapatnya, sehingga timbul hubungan yang erat antara S dan R
Tahap 2
Berimajinasi/berfantasi
Pendidik membantu peserta didik untuk berimajinasi mengenai kejadian-kejadian yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari.
Tahap 3
Menyajikan contoh-contoh soal secara relevan
Pendidik memberikan latihan berupa soal-soal sederhana yang hanya menggunakan formulasi matematika berupa perjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Hal ini bertujuan untuk memperkuat penguasaan matematika peserta didik.
Tahap 4
Menyajikan materi secara mendalam
Pendidik memberikan makna fisis setelah peserta didik dirasa mampu mengerjakan semua soal-soal sederhana tadi.
Tahap 5
Memberikan variasi soal
Pendidik kembali memberikan soal namun yang lebih bervariasi, soal tersebut dapat berupa soal cerita.

No comments:

Post a Comment