GASING merupakan akronim dari gampang, asyik dan menyenangkan. Matematika GASING adalah
suatu metode pembelajaran matematika yang diciptakan dan
dikembangkan pada tahun 1996 oleh Prof. Yohanes Surya Ph.D, agar matematika
dapat dipelajari dan diajarkan secara gampang, asyik dan menyenangkan. Strategi
pembelajaran GASING merupakan terobosan
reformasi dalam pembelajaran
matematika. Strategi pembelajaran GASING
mengajarkan bagaimana berfikir seperti seorang matematikawan dalam
menyelesaikan soal-soal matematika dengan pendekatan logika dan hampir tanpa
rumus, karena strategi pembelajaran GASING
ini menggunakan metode logika biasa berdasarkan konsep dasar matematika dan
kemampuan hitung dasar matematika yang meliputi tambah, kurang, bagi, dan kali,
peserta didik dapat mengerjakan soal dengan cepat dan benar. Jadi, strategi pembelajaran GASING melatih bagaimana mengungkapkan
atau memecahkan berbagai persoalan matematika dengan logika kata-kata,
sementara rumus bisa menyesuaikan setelahnya.
Strategi
pembelajaran GASING dikembangkan dan
diprakarsai oleh
Prof. Yohanes Surya,
Ph.D, ilmuan fisika dan matematika yang
lahir di Jakarta,
6 November 1963 dan saat ini menjabat sebagai ketua TOFI (Tim Olimpiade Fisika
Indonesia), pendidik besar di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga dan juga sebagai
rektor UMN (Universitas
Multimedia Nusantara). Menurut Prof. Yohanes
Surya, jika peserta didik diharuskan menghafal rumus untuk belajar matematika
justru akan membuat peserta didik semakin membenci pelajaran matematika. Oleh
karena itu idealnya harus dimulai dari mengerti konsep, membangun logika,
setelah itu baru menuangkannya dalam bentuk rumus. Dengan adanya
pembelajaran GASING peserta didik diharapkan lebih menyukai
pelajaran matematika dan tidak lagi menganggap bahwa matematika adalah
pelajaran yang sulit,
membosankan, dan hanya
bisa dikuasai oleh orang-orang yang
memiliki IQ tinggi.
Menurut
hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. Yohanes Surya, untuk membuat
matematika itu gampang, asyik dan menyenangkan (GASING) beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
a) Hindari matematika
yang sulit, kalau perlu cari alternatif solusi
yang menggunakan
matematika lebih
sederhana.
b) Manfaatkan pengertian konsep matematika yang benar dan lebih menekankan pada
logika dibandingkan dengan menggunakan rumus-rumus turunan.
c) Gunakan angka-angka yang mudah dan bulat seperti 1, 2, atau 10 ketika sedang mengajarkan konsep melalui berbagai contoh soal. Hindari angka-angka
koma
atau pecahan agar konsentrasi peserta didik tidak disimpangkan dari solusi
matematika.
d)
Perbanyak dialog langsung
dengan peserta
didik terutama tentang konsep- konsep matematika
yang baru diajarkan. Meminta peserta didik mengeluarkan pendapatnya
untuk
menyelesaikan
soal-soal
yang
berhubungan dengan konsep yang diberikan.
e) Perbanyak eksperimen dan demonstrasi matematika sehingga setiap
peserta didik menikmati asyiknya matematika
dan
peserta didik bisa merasakan bahwa matematika itu sungguh menyenangkan.
Dalam
pelaksanaan strategi pembelajaran GASING
dapat dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:
a)
Tahap Pertama: Dialog Sederhana
Dialog merupakan bentuk komunikasi dua arah, dalam hal ini yang terlibat adalah pendidik
dan peserta didik. Menurut teori belajar
connectionism atau bond hypothesis
yang dikemukakan oleh Thorndike,
belajar adalah pembentukan atau
penguatan hubungan antara S (stimulus) dan
R (respon) sehingga antara S dan R
terjadi suatu hubungan (bond) yang bertambah erat bila sering
dilatih. Berkat latihan hubungan
antara
S
dan R harus
memberikan
”satisfaction” atau kepuasan.
Rasa kepuasan merupakan
reinforcement atau penguat. Tentang
hubungan S dan R, Thorndike menemukan bermacam-macam hukum atau laws. Beberapa
di antaranya adalah
Law of effect, Law of exercise atau law of use and law of disuse (hukum latihan atau hukum
penggunaan dan
penidakgunaan),
Law of multiple response (hukum
respon berganda), Law of assimilation atau law of analogy (hukum asimilasi atau
hukum analogi).
Dari keempat hukum di atas, dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara S (stimulus) dan R (respon) sangat berperan
penting dan saling berkaitan dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil
belajar yang diharapkan.
b)
Tahap kedua:
Berimajinasi atau
berfantasi.
Sebenarnya imajinasi atau fantasi dalam
proses pendidikan penting untuk dimiliki
peserta didik, tapi
aspek ini banyak diabaikan oleh pendidik dalam kegiatan
belajar mengajar. Imajinasi penting
karena dengan imajinasi
peserta didik akan bisa
melahirkan suatu konsep, kreativitas, inovasi dan perilaku yang aktual
dalam kehidupannya. Dengan kata lain, imajinasi lebih utama daripada
pengetahuan.
c)
Tahap ketiga: Menyajikan
contoh-contoh soal secara relevan.
Latihan
atau training, merupakan
suatu cara mengajar
yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Cara ini
dapat juga digunakan
untuk memperoleh suatu
ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan peserta didik
dengan tujuan untuk memperkuat penguasaan matematika peserta didik. Dalam
latihan ini, peserta didik hanya berlatih dengan menggunakan logika matematika
yang sederhana yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
d)
Tahap keempat: Menyajikan materi
secara mendalam.
Dengan memberikan makna mendalam
terhadap setiap materi matematika, diharapkan peserta didik mengetahui
fenomena-fenomena apa saja yang dialami oleh setiap objek dalam butir soal.
e)
Tahap kelima: Memberikan variasi soal.
Tugas atau resitasi, merupakan suatu
cara menyajikan bahan pelajaran di mana pendidik memberikan tugas tertentu
berupa variasi soal agar peserta
didik melakukan kegiatan
belajar, kemudian harus
dipertanggungjawabkannya. Tugas yang diberikan oleh pendidik dapat memperdalam
bahan pelajaran, dan
dapat pula mengecek bahan yang
telah dipelajari. Tugas dapat merangsang peserta didik untuk aktif belajar baik
secara individual maupun kelompok.
Kelima
tahapan yang dilakukan dalam strategi
pembelajaran GASING ini
selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1 : Tahapan
Strategi Pembelajaran GASING
Tahap-Tahap
|
Aktivitas Pendidik
|
Tahap 1
Dialog sederhana
|
Pendidik memulai
pembelajaran dengan berdialog secara sederhana dengan peserta didik seputar materi
yang akan dipelajari. Dari dialog ini diharapkan peserta didik dapat
memberikan pendapatnya, sehingga timbul hubungan yang erat antara S dan R
|
Tahap 2
Berimajinasi/berfantasi
|
Pendidik
membantu peserta didik untuk berimajinasi mengenai kejadian-kejadian yang
berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari.
|
Tahap 3
Menyajikan
contoh-contoh soal secara relevan
|
Pendidik
memberikan latihan berupa soal-soal sederhana yang hanya menggunakan
formulasi matematika berupa perjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian. Hal ini bertujuan untuk memperkuat penguasaan matematika peserta
didik.
|
Tahap 4
Menyajikan
materi secara mendalam
|
Pendidik
memberikan makna fisis setelah peserta didik dirasa mampu mengerjakan semua
soal-soal sederhana tadi.
|
Tahap 5
Memberikan
variasi soal
|
Pendidik kembali
memberikan soal namun yang lebih bervariasi, soal tersebut dapat berupa soal
cerita.
|
No comments:
Post a Comment