Saturday 12 March 2016

Hambatan dan Prinsip dalam Belajar

A. Defenisi Belajar
       Definisi belajar menurut Fontana adalah sebuah proses perubahan yang relative tetap dalam prilaku individual sebagai hasil dari pengalamam. Definisi tersebut memusatkan perhatian pada tiga hal. Yaitu:
1.Bahwa belajar harus memungkinkan terjadinya
ΓΌ perubahan prilaku individu
2.Bahwa perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman

3.Bahwa perubahan itu terjadi pada
prilaku individu yang mungkin
       Belajar dalam pengertian yang bersifat umum adalah usaha mencari pengetahuan dan pengalaman baru guna mengatasi masalah-masalah dalam hidupnya. Termasuk dalam pengertian ini adalah mencari untuk mendapatkan kecakapan-kecapakan baru. Menurut Cronbach yang dikutip oleh sumadi Suryabrata, mengatakan bahwa belajar adalah adanya perubahan prilaku sebgai hasil (karena) pengalaman.
        Menurut Harold Spears, ia menyatakan belajar adalah mengobservasi, membaca, meniru, mencoba, mendengarkan dan mengikuti arahan (learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction).
Sedangkan Mc.Geoh mengatakan bahwa belajar adalah adanya perubahan dalam penampilan sebagai hasil (akibat) dari praktek (menjalankan sesuatu kegiatan/ aktivitas).
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik pokok-pokok pengertian yakni :
1) Belajar akan membawa (berakibat adanya) perubahan perilaku baik secara actual maupun potensial
2) Dengan belajar seseorang akan mendapat kecakapan baru
3) Perubahan perilaku dan kecakapan baru itu didapatkan lewat suatu usaha, demikian analisis Sumadi Suryabrata.

B. Hambatan-hambatan Dalam Belajar.
Proses belajar yang dialami siswa tidak selalu lancar seperti yang diharapkan. Kadang-kadang mereka mengalami kesulitan atau hambatan yang betapapun kecilnya dapat mengganggu kelancaran belajar. Hambatan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Hambatan Yang Timbul dari Diri Siswa Sendiri.
Hambatan ini dapat bersifat :
1) Biologis, ialah hambatan yang bersifat jasmaniah :
- Cacat tubuh, merupakan kekurangsempurnaan tubuh seperti patah kaki, patah tangan, kaki mengecil (polio), kurang pendengaran atau tuna rungu, tuna netra, dapat mengganggu kelancaran belajar. Lebih jauh lagi dapat menimbulkan frustasi dan rasa rendah diri, yang jelas sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa.
- Kesehatan, seseorang yang sehat berarti terbebas dari penyakit. Badan yang kurang sehat dapat menyebabkan cepat lelah, mudah mengantuk, kurang bergairah dalam belajar yang akibatnya mengganggu kelancaran studi.
2) Psikologis ialah hambatan yang bersifat kejiwaan seperti :
- Inteligensi. Siswa yang memiliki inteligensi rendah kemajuan belajarnya akan terhambat.
- Bakat. Merupakan kemampuan untuk belajar yang baru kelihatan bila seseorang sudah belajar. Bakat ini sangat berpengaruh pada siswa yang belajar dan dalam satu bidang tertentu.
- Minat. Merupakan salah satu factor yang ikut menentukan keberhasilan belajar. Siswa yang tidak berminat dalam mempelajari satu bidang tertentu akan susah mencapai prestasi yang baik.
- Perhatian. Merupakan keaktifan jiwa yang ditunjukkan pada suatu objek tertentu.

b. Hambatan yang timbul dari luar diri siswa.
1. Hambatan tersebut datang dari keluarga.
- Sikap orang tua yang acuh, sikap memanjakan, terlalu melindungi, banyak membantu, terlalu menekan anak dengan disiplin yang ketat dapat menghambat kemajuan belajar.
- Keadaan ekonomi keluarga juga berperan dalam mendukung keberhasilan belajar.
- Hubungan yang tidak serasi antara anggota keluarga.
2. Sekolah.
- Keadaan gedung ruang kelas yang tidak representative merupakan suatu tempat yang ikut menentukan berhasil tidaknya suatu pelajaran.
- Waktu sekolah yang tidak sesuai untuk belajar.
- Metode belajar mengajar yang tidak sesuai sangat menentukan efektivitas belajar.
- Pekerjaan rumah yang terlampau banyak.
- Sarana prasarana sekolah yang kurang juga dapat menghambat kemajuan belajar siswa.
3. Lingkungan sekitar.
- Teman bergaul yang kurang baik.
- Pengaruh media massa yang negative.
- Kegiatan organisasi yang terlampau banyak.

C. Prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rothwall (1961) sebagai berikut:
1. Prinsip Kesiapan yaitu kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Yang termasuk klesiapan disini ialah kematangan dan pertumbuhan fisik,intelegensi latar belakang pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor lain yang memungkinkan seorang dapar belajar.
2. Prinsip motivasi yaitu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatuar arah kegiatan itu, dan memelihara kesungguhan.
3. Prinsip persepsi yaitu interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yng lain.
4. Prinsip tujuan yaitu sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang.
5. Prinsip perbedaan individu
6. Prinsip transfer dan retensi. Apapun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain, proses tersebut dikenal sebagai proses transfer. Kemampuan seseorang untuk menggunakannya kembali hasil belajar disebut retensi.
7. Prinsip belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk prilaku baru.
8. Prinsip belajar efektif yaitu mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan sikap.
9. Prinsip belajar psikomotor yaitu menentukan bagaimana seseorang mampu mengendalikan aktivitas ragawinya.
10. Prinsip evaluasi yaitu bagaimana menguji kemajuan dalam mencapai tujuan.

Thursday 10 March 2016

Pengertian Kondisi Sosial Ekonomi

a.   Pengertian Kondisi Sosial Ekonomi
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita mengamati adanya perbedaan kondisi antarwarga. Baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas perbedaan mencakup berbagai aspek kehidupan, misalnya ada orang kaya dan orang miskin, ada orang berkuasa dan ada orang yang tidak berkuasa, serta ada orang yang dihormati dan ada orang yang tidak dihormati.
Kondisi cenderung merujuk pada kedaan ekonomi dan sosial seseorang dalam kaitannya dengan jabatan (kekuasaan), dan peranan yang dimiliki  orang bersangkutan di dalam masyarakat. Status atau kondisi cenderung memperlihatkan tingkat  kedudukan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain berdasarkan suatu ukuran tertentu. Ukuran atau tolak ukur yang dipakai didasarkan pada salah satu kombinasi yang mencakup tingkat pendidikan, prestise atau kekuasaan.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kondisi adalah keadaan atau kedudukan seseorang. Sedangkan sosial adalah sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat. Ekonomi adalah kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Dapat disimpulkan bahwa kondisi sosial ekonomi adalah keadaan, kedudukan atau posisi seseorang di dalam masyarakat yang ditinjau dari segi sosial dan ekonomi. Hal ini ditentukan oleh banyak hal yang mempengaruhi seperti tingkat pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.
Sosial ekonomi menurut Abdulsyani dalam Maftukhah bahwa:
Sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi.
Sosial ekonomi menurut Abdulsyani dalam Maftukhah bahwa:
Sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubungannya dengan sumber daya.
Posisi seseorang dalam tatanan masyarakat akan selalu berbeda-beda. Kadang-kadang seseorang akan menempati kedudukan yang lebih tinggi dan yang lainnya menempati kedudukan yang rendah. Perbedaan yang mencolok inilah yang akan menimbulkan adanya stratifikasi dalam masyarakat.
b.   Klasifikasi Kondisi Sosial Ekonomi
Secara sederhana stratifikasi sosial dapat terjadi karena ada sesuatu yang dibanggakan oleh setiap orang atau kelompok orang dalam kehidupan masyarakat. Namun berdasarkan kodratnya manusia dilahirkan memiliki kedudukan yang sama dan sederajatnya, akan tetapi sesuai dengan kenyataan setiap manusia yang menjadi warga suatu masyarakat, senantiasa mempunyai status atau kedudukan dan peran.
Menurut Horton dalam Siti Maesaroh bahwa:
Ukuran atau kriteria yang bisa dipakai untuk membedakan anggota masyarakat ke dalam suatu kelas sosial ekonomi terbagi menjadi tiga bentuk yaitu pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.
Dari uraian di atas ada tiga faktor yang mempengaruhi kondisi sosial ekonomi orang tua di yaitu:
1)   Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Tingkat pendidikan secara langsung dan tidak langsung akan menentukan baik buruknya pola komunikasi  antara anggota keluarga. Selain itu, pendidikan orang tua akan mempengaruhi persepsinya tentang penting atau tidaknya pendidikan. Dengan dasar pendidikan yang relatif memadai untuk mampu memberikan makna terhadap nilai, kegunaan dan pentingnya pendidikan bagi masa depan anaknya sehingga kesungguhan untuk menambah wawasan dan bekerja keras untuk menyekolahkan anaknya menjadi cita-cita dan harapan dalam hidupnya. Menurut UU Sisdiknas No. 20 (2003) bahwa :
Indikator tingkat pendidikan terdiri dari jenjang pendidikan dan kesesuaian jurusan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
Tingkat atau jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran.
Menurut UU Sisdiknas No. 20 (2003), jenjang pendidikan terdiri dari:
1)   Pendidikan dasar: jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
2)   Pendidikan menengah: jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.
3)   Pendidikan tinggi: jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik di dalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang diperoleh makin besar harapan untuk mencapai tujuan itu. Dengan demikian terbuka kesempatan untuk meningkat ke golongan sosial yang lebih tinggi. Pendidikan dilihat sebagai kesempatan untuk beralih dari golongan yang satu ke golongan yang lebih tinggi.
Pendidikan orang tua memainkan peranan penting dalam mengasah keterampilan yang membuat dia sebagai orang yang siap menjadi pusat identifikasi anak, mengenalkan nilai-nilai kehidupan, perkembangan kepribadian anak, mencari, dan memperoleh pekerjaan. Orang tua yang berpendidikan rendah biasanya tindakannya kurang mempunyai dasar sehingga mudah dipengaruhi oleh orang lain atau ikutikutan. Adapun orang tua yang berpendidikan tinggi setiap langkahnya akan tenang dan tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain, karena berdasarkan pengalaman-pengalaman lebih banyak dalam setiap langkah. Jadi orang tua yang berpendidikan tinggi dalam melaksanakan berbagai upaya pendidikan anak akan terlintas dalam sikap yang lebih tenang.
Masalah pendidikan di Kabupaten Bone adalah bagian integral dari sistem pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bone persentase penduduk menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Kabupaten Bone dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Persentase Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
di Kab. Bone
No
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
TIDAK PUNYA IJAZAH
SD/MI
SLTP/MTs
SMU/MA
DIPLOMA I/II
DIPLOMA III
DIPLOMA IV/S1/S2/S3
37,20
32,89
13,32
11,09
0,98
0,74
3,76

Jumlah
100
 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone

Berdasarkan tabel di atas bahwa persentase penduduk menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Kab. Bone ada beberapa tingkatan mulai dari yang tidak punya ijazah dengan persentase 37,20%, SD/MI dengan persentase 32,89%, SMP/MTs dengan persentase 13,32%, SMU/MA dengan persentase 11,09, Diploma I/II dengan persentase 0,98%, Diploma III dengan persentase 0,74% dan Diploma VI/S1/S2/S3 dengan persentase 3,76% dan berdasrkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di Kecamatan Mare Kab. Bone bahwa jenjang pendidikan orang tua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Mare juga memiliki beberapa tingkatan pendidikan mulai dari jenjang pendidikan tingkat  SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi dan adapula orang tua siswa yang tidak pernah mengenyam pendidikan formal.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan Tingkat Pendidikan orang Tua adalah tingkat pendidikan menurut jenjang yang telah ditempuh, melalui pendidikan formal di sekolah dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat yang paling tinggi, yaitu dari SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi seperti yang telah diuraikan di atas.
2)   Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang tua siswa untuk mencari nafkah. Bidang-bidang pekerjaan yang ada di masyarakat semakin bertambah banyak yang masing-masing menuntut keterampilan, kemampuan, keahlian, dan pendidikan yang berbeda-beda.
Pekerjaan yang ditekuni oleh setiap orang berbeda-beda, perbedaan itu akan menyebabkan perbedaan tingkat penghasilan atau kekayaan masing-masing orang, dari tingkat penghasilan yang rendah sampai tingkat penghasilan yang tinggi, tergantung darai pekerjaan yang ditekuninya.
Pekerjaan orang tua baik langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi motivasi anak dalam belajar. Pengaruh tersebut akan menjadi pertimbangan bagi anak untuk memilih dan menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Jika orang tua anak itu sebagai pegawai negeri, mereka akan belajar dengan giat agar dapat mencapai pekerjaan seperti orang tuanya atau lebih dari pekerjaan orang tuanya. Selain itu akan menarik minat dan keinginan anak untuk belajar yang telah ditempu orang tuanya.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bone persentase penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha utama di Kabupaten Bone dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2
Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Bone
No
Lapangan Usaha Utama
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas dan Air
Konstruksi
Perdagangan
Angkutan dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa
Lainnya
168.030
-
16.308
-
444
35.844
12.666
1.134
28.284
936

Jumlah
263.646

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone
Berdasrkan Tabel 2.2 penduduk yang bekerja dilihat dari lapangan usaha, sebagian besar penduduk Kab. Bone bekerja di sector pertanian yang berjumlah 168.030 orang atau 63,73% dari jumlah penduduk yang bekerja. Sektor lain yang juga banyak menyerap tenaga kerja cukup besar adalah sektor perdagangan dengan jumlah 35.844 orang atau 13,60% dan jasa-jasa sebanyak 28.284 orang atau 10,73%. Berdasrkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di Kecamatan Mare Kab. Bone bahwa pekerjaan orang tua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Mare juga beragam ada pegawai, petani, pedagang, pengusaha, tukang bangunan dan sebagainya.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang tua siswa sehari-hari dalam usaha mencari nafkah.


3)   Penghasilan
Penghasilan orang tua adalah pendapatan rata-rata yang diperoleh dari pekerjaan yang ditekuni dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat pendapatan orang tua biasanya didasarkan atas pekerjaan yang mereka lakukan pada suatu instansi baik instansi pemerintah maupun swasta, dari pekerjaan itu mereka akan mendapatkan suatu penghasilan sesuai dengan yang diberikan oleh pihak yang bersangkutan di mana mereka bekerja.
Kondisi ekonomi keluarga dapat diukur dengan tingkat kesejahteraan keluarga. Salah satu indikator tingkat kesejahteraan keluarga adalah tingkat pendapatan keluarga.  Pendapatan pada dasarnya adalah merupakan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup meliputi sandang, pangan, dan papan. Pendapatan adalah jumlah semua pendapatan kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk uang dan barang.
Beberapa pakar yang memberikan defenisi tentang ekonomi (penghasilan) yaitu :
a)   Menurut Ahli ekonomi Soeharto Sangirm dalam Julkarnain bahwa :
“Keberhasilan pendidikan dalam kehidupan keluarga, sangatlah dipengaruhi oleh kondisi ekonomi (penghasilan) orang tua yang bersangkutan”.
b)   Menurut Slemeto dalam Julkarnain mengatakan bahwa:
Keadaan ekonomi (penghasilan) erat hubungannya dengan belajar anak, anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokok misalnya makanan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku-buku dan lai-lain. Fasilitas belajar itu hanyalah dapat dipahami jika keluarga mempunyai uang yang cukup.

Pendidikan sangat diperlukan oleh setiap anak, karena merupakan wahana atau tempat di mana mereka akan mengembangkan potensi dirinya. Namun di satu sisi pendidikan formal memerlukan biaya yang tidak sedikit. Biaya yang tinggi menjadi salah satu faktor penghambat memenuhi kebutuhan tersebut.
Keadaan ekonomi (pendapatan) keluarga erat hubungannya dengan belajar anak, karena fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang sehingga mengakibatkan mereka tidak mampu memberikan pendidikan yang cukup bagi anak-anaknya terutama pendidikan formal Jika anak hidup dalam keluarga miskin, kebutuhan pokok anak juga kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu sehingga belajar anakpun terganggu. Oleh karena itu tingkat pendapatan orang tua erat kaitannya dengan hasil belajar ankanya di kemudian hari.
Upah Minimum Regional (UMR) Provinsi Sulawesi Selatan 2013 sebesar 1.440.000. Hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di Kecamatan Mare Kab. Bone bahwa penghasilan orang tua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Mare  ada beberapa tingkatan mulai dari Rp 500.000, Rp 1.000.000, Rp 2.000.000 dan sebagainya. Berdasarkan uraian ini peneliti menggolongkan penghasilan orang tua siswa berdasarkan 4 golongan yaitu:
a)     Golongan orang tua berpendapat rendah, yaitu berpenghasilan
Rp 500.000 perbulan.
b)     Golongan orang tua berpendapat cukup tinggi, yaitu berpenghasilan
Rp 500.000 – 1.000.000 perbulan.
c)     Golongan orang tua berpendapat tinggi, yaitu berpenghasilan
Rp 1.000.000 – 2.000.000 perbulan.
d)     Golongan orang tua berpendapat sangat tinggi, yaitu berpenghasilan
>Rp 2.000.000 perbulan.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendapatan orang tua adalah penghasilan berupa uang yang diterima sebagai balas jasa dari kegiatan yang dilakukan selama satu bulan dalam satuan rupiah. Besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh setiap orang tua akan berbeda antara yang satu dengan yang lain, hal ini karena dipengaruhi oleh keadaan orang tua sendiri dalam melakukan berbagai macam kegiatan sehari-hari.
Dilihat dari UMR Provinsi Sulawesi Selatan 2013 yakni sebesar 1.440.000 jauh lebih besar dibandingkan dengan kategori penghasilan rendah dari orang tua siswa di SMA Negeri 1 Mare yakni 500.000, akan tetapi dengan pengahsilan tersebut belum tentu dikatakan kondisi sosial ekonomi orang tua dikatan rendah karena masih banyak faktor lain yang mempengaruhinya. Beberapa orang tua siswa berpengahsilan Rp 500.000 akan tetapi pemenuhan fasilitas, sarana dan prasarana belajarnya anaknya masih bisa terpenuhi karena kebutuhan yang lain masih bisa terpenuhi tanpa harus mengeluarkan uang/ biaya, seperti pemenuhan kebutuhan pokok seperti beras, sayur-sayuran dan sebagainya, sebagian besar penduduk kecamatan Mare memiliki lahan pertanian seperti, sawah, kebun, peternakan. Sehingga mereka tidak harus mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya. Dilihat pada Tabel 2.2 tentang lapangan usaha di Kab. Bone bahwa sebagian besar penduduk Kab. Bone bekerja di sector pertanian dari jumlah penduduk yang bekerja dan salah satunya adalah Kecamatan Mare sebagian besar penduduk di kecamatan ini memiliki lahan pertanian dan perkebunan.
Begitupun dengan segi tingkat pendidikan dan pekerjaan, ada beberapa orang tua siswa dengan tingkat pendidikan dan pekerjaan rendah tapi belum tentu kondisi sosial ekonominya dikatakan rendah karena banyak faktor lain yang mempengaruhinya. Ada orang tua siswa tingkat pendidikan yang dikenyaminya hanya SD dan pekerjaan seorang petani tapi mereka sadar akan betapa pentingnya pendidikan untuk masa depan anaknya kelak dihari kemudian sehingga mereka senantiasa memotivasi dan mendorong anaknya agar tetap sekolah menuntut ilmu yang setinggi-tingginya.

Saturday 5 March 2016

Kelebihan dan kekurangan metode pemberian tugas kelompok dan individu







NO
Kelebihan tugas kelompok
Kekurangan tugas kelompok
1
Secara mental siswa merasa tenang dalam menyelesaikan tugasnya.
Dalam satu kelompok pasti terdapat siswa yang tidak turut mengerjakan tugas tersebut.
2
Penyelesaian tugas lebih mendalam dan sempurna karena hasil pemikiran beberapa orang.
Kurang terlihat kemampuan peroranagan.
3
Siswa terlatih untuk mengerjakan secara team.
Seringkali terjadi motivasi untuk mengerjakan tugas rendah karena lemahnya tanggung jawab pribadi.
4
Siswa terlihat aktif dalam proses belajarnya dan lebih mudah menerima materi.
Jika dalam kelompok tidak ada yang pandai maka tidak akan menghasilkan sesuatu dan proses belajar menjadi tidak efektif.
5
Siswa dapat berlatih berani mengemukakan pendapat di depan umum secara sistematis dan menghargai pendapat yang lain.
Memerlukan waktu yang lama.
6
Menanamkan rasa persatuan dan solidaritas tinggi sebab siswa yang pandai dalam kelompok dapat membantu siswa lain dalam satu kelompok.
Bila terdapat siswa yang pemalas dalam satu kelompok besar kemungkinan mempengaruhi peranan kelompok sehingga usaha kelompok tidak berfungsi sebagaimana mestinya
7
Kegiatan pengelompokan siswa yang dilakukan secara tepat dan wajar akan meningkatkan kualitas kepribadian siswa dalam hal kerja sama saling menghargai pendapat orang lain, toleransi, berpikir kritis, disiplin.
Metode ini memerlukan persiapan yang lumayan rumit bila dibandingkan dengan metode yang lainnya.[1]

NO
Kelebihan tugas individu
Kekurangan tugas individu
1
Siswa lebih mandiri.
Penyelesaian tugas kurang mendalam dan kurang sempurna karena hasil pemikiran perorangan.
2
Siswa lebih mengekspresikan seluruh kemampuannya.
Apabila terdapat tugas yang kurang diminati, siswa malas untuk menyelesaikan.
3
Siswa lebih bertanggung jawab terhadap penyelesaiannya tugasnya.
Bagi siswa yang kurang memiliki kepercayaan diri tidak mampu menyelesaikan tugasnya.
4
Sangat terlihat kemampuan masing-masing siswa.
Siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk mengerjakan tugasnya.
5
Siswa yang pandai akan maju terus tanpa harus menunggu siswa yang kurang pandai, dan siswa yang kurang pandai tidak harus menggunakan waktu yang sama dengan teman-teman untuk memahami suatu konsep.
Jika proses belajar hanya dilakukan secara perorangan dan tak pernah ada kelompok siswa menjadi egois dan tak dapat kerjasama.
6
Minat perorangan dapat terpenuhi dan memungkinkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajarnya.
Kontak pribadi antara guru dan siswa berkurang.
7
Siswa dapat memilih sumber belajarnya sendiri.
Guru harus dapat mengetahui jalan pikiran dan perkembangan siswa secara individu dengan memberikan sumber belajar yang relevan.[1]


[1] Roestiyah, Strategi Belajar mengajar,   (Jakarta: Bina Aksara, 2004), h. 39.


[1] Ibrahim, Evaluasi Pembelajaran,   (Jakarta: Rhineka Cipta, 2012), h. 56.