Friday 12 February 2016

Bimbingan Konseling: Person Centred Therapy



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kemajuan berpikir dan kesadaran manusia akan diri dan dunianya, telah mendorong terjadinya globalisasi. Situasi global membuat kehidupan semakin kompetitif dan membuka peluang bagi manusia untuk mencapai status dan tingkat kehidupan yang lebih baik. Dampak  positif dari kondisi global telah mendorong manusia untuk terus berfikir, meningkatkan kernampuan, dan tidak puas terhadap apa yang dicapainya pada saat ini. Adapun dampak  negatif dari globalisasi tersebut adalah (1) keresahan hidup di kalangan masyarakat yang semakin meningkat karena banyaknya konflik, stress, kecemasan, dan frustasi; (2) adanya kecenderungan pelanggaran disiplin, kolusi, dan korupsi, makin sulit diterapkannya ukuran baik-jahat serta benar-salah secara. lugas; (3) adanya ambisi kelompok yang dapatmenimbulkan konflik, tidak saja konflik psikis, tetapi juga konflik fisik; dan (4) pelarian darimasalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara juga adiktif, seperi penggunaan obat-obat terlarang.
Carl R. Rogers mengembangkan terapi client-centered sebagai reaksi terhadap apa yang disebutkannya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Pada hakikatnya, pendekatan client-centered adalah cabang khusus dari terapi humanistik yang menggaris bawahi tindakan mengalami klien berikutnya dunia subjektif dan fenomenalnya. Terapis berfungsi terutarna sebagai penunjang pertumbuhan pribadi kliennya dengan jalan membantu kliennya itu dalam menemukan kesanggupan kesanggupan untuk memecahkan masalah-masalah. Pendekatan client-centered manaruh kepercayaan yang besar pada kesanggupan klien untuk mengikuti jalan terapi dan menemukan arahnya sendiri. Hubungan terapeutik antara terapis dan klien merupakan katalisator bagi perubahan; klien menggunakan hubungan yang unik sebagai alat unuk meningkatkan kesadaran dan untuk menernukan sumber-sumber terpendam yang bisa digunakan secara konstruktif dalam pengubahan hidupnya.




B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa prinsip-prinsip dalam Person Centred Therapy?
2.      Apa tujuan dari Person Centred Therapy?
3.      Bagaimana teknik wawancara Person Centred Therapy?
4.      Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan Person Centred Therapy?
5.      Apa ciri-ciri dari Person Centred Therapy?
6.      Bagaimana karakteristik dari Person Centred Therapy?
7.      Apa kelebihan dan kekurangan dari Person Centred Therapy?
C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Agar pembaca tahu apa prinsip-prinsip dalam Person Centred Therapy
2.      Agar pembaca tahu apa tujuan dari Person Centred Therapy
3.      Agar pembaca tahu apa cirri-ciri dari Person Centred Therapy
4.      Agar pembaca tahu apa karakteristik dari Person Centred Therapy
5.      Agar pembaca tahu apa kelebihan dan kekurangan dari Person Centred Therapy

















BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Dasar Person Centered Therapy
Pandangan Menurut Rogers
Client Centered (Konseling Berpusat Klien) – Model konseling berpusat pribadi dikembangkan oleh Carl R. Rogers. Sebagai hampiran keilmuan merupakan cabang dari psikologi humanistik yang menekankan model fenomenologis. Konseling person-centered mula-mula dikembangkan pada 1940 an sebagai reaksi terhadap konseling psychoanalytic. Semula dikenal sebagai model nondirektif, kemudian diubah menjadi client-centered.
Carl R. Rogers mengembangkan terapi client-centered sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Terapis berfungsi terutama sebagai penunjang pertumbuhan pribadi seseorang dengan jalan membantunya dalam menemukan kesanggupan-kesanggupan untuk memecahkan masalah-masalah. Pendekatan client centered ini menaruh kepercayaan yang besar pada kesanggupan seseorang untuk mengikuti jalan terapi dan menemukan arahnya sendiri.
Prinsip-Prinsip dalam Terapi Client Centered
  • Kita berperilaku sesuai dengan persepsi kita terhadap realitas. Berkaitan dengan hal ini, untuk memahami masalah klien, maka kita harus benar-benar memahami bagaimana ia mempersepsikannya.
  • Kita termotivasi oleh dorongan primer bawaan lahir yang berupa dorongan untuk mengaktualisasikan diri. Secara otomatis individu akan mengembangkan potensinya dalam kondisi-kondisi yang mendukung. Kondisi-kondisi ini dapat diciptakan dalam terapi dan oleh karena itu, terapis harus bersikap nondirektif.
  • Individu memiliki kebutuhan dasar akan cinta dan penerimaan. Dalam terapi, hal ini diterjemahkan sebagai adanya kebutuhan untuk fokus pada hubungan (antara terapis dan klien-red) dan pengkomunikasian empati, sikap menghargai, dan ketulusan dari terapis.
  • Konsep diri individu bergantung pada penerimaan dan penghargaan yang ia terima dari orang lain. Konsep diri klien dapat ia ubah apabila ia mengalami penghargaan positif tanpa syarat (unconditional positive regard) dalam terapi.
Tujuan Terapi Client Centered
a. Keterbukaan pada Pengalaman
Sebagai lawan dari kebertahanan, keterbukaan pada pengalamam menyiratkan menjadi lebih sadar terhadap kenyataan sebagaimana kenyataan itu hadir di luar dirinya.
b. Kepercayaan pada Organisme Sendiri
Salah satu tujuan terapi adalah membantu klien dalam membangun rasa percaya terhadap diri sendiri. Dengan meningknya keterbukaan klien terhadap pengalaman-pengalamannya sendiri, kepercayaan kilen kepada dirinya sendiri pun muali timbul.
c. Tempat Evaluasi Internal
Tempat evaluasi internal ini berkaitan dengan kepercayaan diri, yang berarti lebih banyak mencari jawaban-jawaban pada diri sendiri bagi masalah-masalah keberadaannya. Orang semakin menaruh perhatian pada pusat dirinya dari pada mencari pengesahan bagi kepribadiannya dari luar. Dia mengganti persetujuan universal dari orang lain dengan persetujuan dari dirinya sendiri. Dia menetapkan standar-standar tingkah laku dan melihat ke dalam dirinya sendiri dalam membuat putusan-putusan dan pilihan-pilihan bagi hidupnya.
d. Kesediaan untuk menjadi Satu Proses.
Walaupun klien boleh jadi menjalani terapi untuk mencari sejenis formula guna membangun keadaan berhasil dan berbahagia, tapi mereka menjadi sadar bahwa peretumbuhan adalah suatu proses yang berkesinambungan. Para klien dalam terapi berada dalam proses pengujian persepsi-persepsi dan kepercayaan-kepercayaannya serta membuka diri bagi pengalaman-pengalaman baru, bahkan beberapa revisi.

Teknik wawancara Person Centred Therapy
Wawancara awal  digunakan untuk 1) menjelaskan apa yang akan dilakukan terapi & apa yang diharapkan dari klien, kontrak terapeutik (tujuan, harapan, kapan, dimana, lama, keterbatasan, dll); 2) mengetahuai apa yang menjadi masalah klien, lalu untuk sampai pada diagnosis, selanjutnya menentukan apakah klien dapat diobati apa tidak(Natiello, 1994). Terapis bersama klien mengkaji & mendiskusikan apa yang telah dipelajari klien selama terapi berlangsung, dan dapat di aplikasi pada kehidupan sehari-hari. Terapi dapat berakhir jika tujuan telah tercapai, klien tidak melanjutkan lagi, atau terapis tidak dapat lagi menolong kliennya (merujuk ke ahli lain).

Langkah-langkah Pelaksanaan Person Centred Therapy
·         Individu datang meminta bantuan
·         Situasi bantuan biasanya dijelaskan (ditetapkan)
·         Terapis mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya dengan bebas berkenaan dengan masalah yang dihadapinya
·         Terapis menerima, mengakui, dan menjelaskan perasaan-perasaan negatif pasien
·         Apabila perasaan-perasaan negatif pasien telah diungkapkan sepenuhnya maka perasaan-perasaan itu disusul oleh ungkapan samar-samar dan ragu-ragu dari perasaan-perasaan positif yang mendatangkan pertumbuhan
·         Terapis menerima dan mengakui perasaan-perasaan positif yang diungkapkan itu seperti halnya dia menerima dan mengakui perasaan negatif
·         Pemahaman tentang diri dan penerimaan diri merupakan aspek berikutnya yang penting dari seluruh proses
·         Bercampur baur dengan proses pemahaman ini (langkah-langkah yang dikemukakan sama sekali tidak eksklusif antara yang satu dengan yang lain dan juga langkah-langkah tersebut tidak berlangsung secara kaku) merupakan suatu proses penjelasan mengenai keputusan-keputusan dan rangkaian tindakkan yang mungkin diambil
·         Terjadilah suatu perkembangan lebih lanjut, pemahaman diri yang lebih lengkap dan akurat karena individu mulai berani menyelidiki tindakan-tindakannya sendiri secara lebih mendalam
·         Tindakan positif yang integratif dari klien semakin meningkat. Ketakutan dalam dirinya semakin berkurang khususnya untuk mengadakan pilihan dan menjadikannya lebih yakin akan tindakan yang terarah kepada dirinya sendiri (self-directed action)
·         Perasaan untuk membutuhkan bantuan berkurang dan pengakuan dari pihak klien bahwa hubungan itu harus berakhir.


Ciri-ciri person centered therapy atau client centered therapy
1. Perhatian diarahkan kepada pribadi klien dan bukan kepada masalahnya. Tujuannya bukan memecahkan suatu masalah tertentu tetapi membantu seseorang untuk tumbuh sehingga ia bisa mengatasi masalah baik masalah sekarng maupun masalah yang akan datang dengan cara yang lebih baik dan lebih tepat.
2. Hal yang kedua ialah penekanan lebih banyak terhadap faktor emosi daripada terhadap faktor intelektual. Dalam kenyataannya, banyak perbuatan yang dipengaruhi oleh emosi daripada oleh pikiran artinya seseorang bisa mengerathui bahwa suatu perbuatan sebenarnya tidak baikjadi secara rasional, intelektual, ia mengetahui itu dan tahu pula bahwa ia tidak boleh melakukan itu namun kenyataannya lain.
3. Hal yang ketiga memberikan tekanan yang lebih besar terhadap keadaan yang ada sekarang daripada terhadap apa yang sudah lewat atau terjadi.
4. Hal yang keempat ialah penekanan hubungan terapuetik itu sendiri sebagai tumbuhnya pengalaman. Di sini seseorang belajar memahami diri sendiri, membuat keputusan yang penting dengan bebas dan bisa sukses berhubungan dengan orang lain secara dewasa.
5. Proses terapi merupakan penyelarasian antara gambaran diri klien dengan keadaan dan pengalaman diri yang sesungguhnya
6. Klien memegang peranan aktif dalam konseling sedangkan konselor bersifat pasif-reflektif
Karakteristik Person Centred Therapy
            Terapi yang berhasil, menunjukkan empat karakteristik sebagai berikut:
1.      Penghargaan positif tanpa syarat (unconditional positive regard)
Secara jujur dan tulus, terapis harus menyukai kliennya. Terapis tidak harus menyetujui setiap perilaku kliennya, namun ia harus mampu membedakan antara dosa dan pendosa (sins and sinner), perilaku salah dan orang salah.
2.      Empati secara akurat (accurate empathy)
Ini berarti kemampuan untuk mempersepsi secara akurat dunia internal klien dengan menggunakan cara non-evaluatif. Untuk menunjukkan empati secara akurat, terapis berusaha mengetahui bahwa ia bersungguh-sungguh mengerti apa yang dimaksud klien. Semakin terapis mampu merasakan secara akurat perasaan-perasaan dan makna-makna pribadi yang sedang dialami klien, kemudian mengkomunikasikan pemahaman yang penuh penerimaan ini, maka akan semakin besar kemungkinannya terjadi perubahan pada diri klien dalam proses terapi.
3.      Kongruensi dalam hubungan interpersonal (congruence in interpersonal relationship)
Kesediaan terapis untuk menjadi dirinya sendiri secara alamiah dan terbuka, dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi ini ditandai dengan hubungan yang tulus dan tidak mengada-ada (realistis).
4.      Belajar dari klien (learn from the client)
Terapis yang baik harus mampu berdiam diri dan menyimak (active listening). Terapi adalah komunikasi dua arah, sehingga terapis dapat belajar dan memperoleh manfaat tertentu dari hubungan dengan kliennya.
Kelebihan dan Kekurangan Client Centred Therapy
Kelebihan pendekatan client centered therapy
1.    Pemusatan pada klien dan bukan pada therapist
2.    Identifikasi dan hubungan terapi sebagai wahana utama dalam mengubah kepribadian.
3.    Lebih menekankan pada sikap terapi daripada teknik.
4.    Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuantitatif.
5.     Penekanan emosi, perasaan, perasaan dan afektif dalam terapi
6.    Menawarkan perspektif yang lebih up-to-date dan optimis
7.     Klien memiliki pengalaman positif dalam terapi ketika mereka fokus dalam    menyelesaiakan masalahnya
8.    Klien merasa mereka dapat mengekpresikan dirinya secara penuh ketika mereka mendengarkan dan tidak dijustifikasi
Kekurangan pendekatan client-centered therapy
1.      Terapi berpusat pada klien dianggap terlalu sederhana
2.    Terlalu menekankan aspek afektif, emosional, perasaan
3.    Tujuan untuk setiap klien yaitu memaksimalkan diri, dirasa terlalu luas dan umum sehingga sulit untuk menilai individu.
4.    Tidak cukup sistematik dan lengkap terutama yang berkaitan dengan klien yang kecil tanggungjawabnya.
5.     Sulit bagi therapist untuk bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal.
6.    Tetapi  menjadi tidak efektif ketika konselor terlalu non-direktif dan pasif. Mendengarkan dan bercerita saja tidaklah cukup
7.     Tidak bisa digunakan pada penderita psikopatology yang parah
8.    Minim teknik untuk membantu klien memecahkan masalahnya

No comments:

Post a Comment