Keaktifan Belajar
Kegitan
belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik maupun mental, sebagai suatu wujud
reaksi. Pikiran dan otot-ototnya harus dapat bekerja secara harmonis, sehingga
subjek belajar itu bertindak atau melakukannya. Belajar harus aktif, tidak
sekedar apa adanya, menyerah pada lingkungan, tetapi semua itu harus dipandang
sebagai tantangan yang memerlukan reaksi. Jadi orang yang belajar itu harus
aktif, bertindak dan melakukannya dengan segala panca indranya secara optimal.
Belajar membutuhkan reakasi yang melibatkan ketangkasan mental, kewaspadaan,
perhitungan, ketekunan dan kecermatan untuk menangkap fakta-fakta dan ide-ide
sebagaimana disampaikan oleh pengajarnya. Jadi kecepatan jiwa seseorang dalam
memberikan respon pada suatu pelajar merupakan faktor yang penting dalam
belajar.[1]
Belajar merupakan proses aktif
merangkai pengalaman menggunakan masalah-masalah nyata yang terdapat di
lingkungannya untuk berlatih keterampilan-keterampilan yang spesifik. Dengan
demikian belajar tidaklah bersifat pasif. Proses belajar harus berpusat pada
siswa melalui berbagai aktivitas fisik (hands on ) dan aktivitas mental (minds
on). Guna membenahi sistem pembelajaran yang lebih bermakna, maka kegiatan
belajar itu sendiri harus dirancang sedemikian rupa, sehingga seluruh siswa
menjadi aktif dalam belajarnya, yang dapat merangsang daya cipta, rasa maupun
karsa. Cara belajar yang aktif diasumsikan menjadi pangkal kesuksesan belajar.[2]
Bertolak dari asumsi tersebut, maka metode dan teknik belajar mengajar harus
ditelaah kemampuannya untuk dapat mengaktifkan siswa sebagai subyek didik.
Berdasarkan hasil penelitian yang dikutip oleh Utomo dan
Ruijter dijelaskan bahwa ”Belajar secara aktif dengan cara-cara yang bervariasi
(berlainan) sambil memperhatikan strukturnya akan dimengerti lebih baik dan
diingat lebih lama”. Penekanan dari pendapat tersebut adalah cara belajar
dengan banyak variasi yang menjadikan siswa aktif dan senang belajar. Oleh
karena itu, untuk dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar tersebut,
maka guru juga dituntut untuk aktif dalam mengajarnya. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Muhadjir bahwa : Wawasan dari cara belajar yang menjadikan siswa
aktif merupakan proses belajar sepanjang hayat menekankan pengkonsepsian
keseimbangan antara otoritas pendidik dengan kedaulatan subyek didik, dan
keseimbangan antara aktivitas belajarnya siswa dengan mengajarnya guru”.[3]
Dalam proses pembelajaran di sekolah, untuk melibatkan siswa
secara aktif dalam belajarnya, maka guru juga dituntut untuk aktif dalam
mengajarnya, yakni suatu keseimbangan antara keaktifan belajarnya siswa dan
keaktifan mengajarnya guru. Oleh karena itu, proses pembelajaran merupakan
suatu kegiatan yang integral antara siswa sebagai pelajar dan guru sebagai
pengajar. Dalam kegiatan ini, terjadi interaksi antara guru dengan siswa dalam
siatuasi pembelajaran, dimana proses belajar merupakan suatu aktivitas yang
dijalankan oleh peserta didik, sedangkan proses mengajar ialah apa yang
diusaha-kan oleh guru agar proses belajar mengajar dapat berlangsung. Dalam
usahanya itu, guru harus merencanakan pembelajaran yang mantap, termasuk
strategi pembelajarannya.
Keaktifan
adalah pada saat guru mengajar ia harus mengusahakan agar murid-muridnya aktif,
jasmani maupun rohani. Keaktifan jasmani maupun rohani meliputi :
a. Keaktifan indera: Murid harus
dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin.
b. Keaktifan akal: Akal anak-anak aktif
atau diaktifkan untuk memecahkan masalah.
c. Kektifan ingatan: Pada waktu
mengajar anak harus aktif menerima bahan pengajaran yang disampaikan oleh guru
dan menyimpannya dalam otak.
Keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran dapat dirangsang dan mengembangkan bakat yang
dimilikinya, siswa juga dapat berlatih untuk berfikir kritis dan serta dapat
memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran. Menurut Gagne dan Briggs faktor - faktor tersebut diantaranya :
1.
Memberikan
dorongan atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka dapat berperan aktif
dalam kegiatan pembelajaran.
2.
Menjelaskan
tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada siswa).
3.
Mengingatkan
kompetensi belajar kepada siswa.
4.
Memberikan
stimulus (masalah,topik dan konsep yang akan dipelajari).
5.
Memberi
petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.
6.
Memunculkan
aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
7.
Memberi
umpan balik (feed back)
8.
Melakukan
tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga kemampua siswa selalu
terpantau dan terukur.
9. Menyimpulkan setiap materiyang
disampaikan di akhir pelajaran.[5]
Guru dalam proses pembelajaran haruslah
mengikutsertakan para siswanya secara aktif. Jangan sampai proses pembelajaran
justru didominasi oleh guru saja.
Siswa
dikatakan aktif dalam pembelajaran bila terdapat cirri-ciri sebagai berikut:
1. Siswa
berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran.
2.
Pengetahuan dipelajari, dialami, dan
ditemukan oleh siswa.
3.
Mencoba sendiri konsep-konsep
4. Siswa
mengkomunikasikan hasil pikirannya.[6]
Keaktifan
siswa dalam pembelajaran tergolong rendah jika : siswa tidak banyak bertanya,
aktivitas siswa terbatas pada mendengarkan dan mencatat, siswa hadir di kelas
dengan persiapan belajar yang tidak memadai, ribut jika diberi latihan, dan
siswa hanya diam ketika ditanya sudah mengerti atau belum.
2. Hasil Belajar
a. Pengertian
Belajar
Belajar pada hakikatnya adalah suatu
proses
yang
ditandai
dengan adanya perubahan pada dari diri seseorang. Perubahan sebagai
hasil dari
proses
belajar
dapat
ditunjukkan
dalam
berbagai
bentuk
seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku,
keterampilan, kecakapan dan kemampuannya
serta
perubahan aspek-
aspek lain yang ada pada individu yang belajar.[7]
Belajar adalah suatu proses atau
usaha yang menimbulkan terjadinya perubahan (baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan atau pun sikap) yang dialami seseorang
dalam hal kemampuan untuk bertingkah laku sebagai hasil latihan atau
pengalaman, dimana perubahan tersebut relatif tetap.
Di antara ciri-ciri perubahan
tingkah
laku
dalam
pengertian
belajar adalah sebagai berikut:
1. Perubahan terjadi secara sadar. Maksudnya
seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya
perubahan itu sekurangnya ia
merasakan telah terjadi perubahan dalam dirinya.
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu
dan
fungsional.
Ini berarti bahwa perubahan yang
terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan
berguna
bagi
kehidupan
ataupun
proses belajar berikutnya.
3. Perubahan dalam belajar bersifat
positif dan aktif. Positif maksudnya dalam perubahan belajar senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh
sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dan perubahan yang besifat aktif
artinya bahwa perubahan itu
tidak
terjadi
dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat
sementara.
Ini
berarti
bahwa tingkah
laku
yang
terjadi
setelah belajar akan besifat
menetap.
5. Perubahan
dalam
belajar bertujuan atau
terarah. Maksudnya perubahan tingkah laku
terjadi karena ada tujuan.
6. Perubahan
mencakup seluruh
aspek
tingkah
laku.
Maksudnya seseorang akan
mengalami
perubahan
secara
menyeluruh dalam sikap, ketrampilan,
pengetahuan dan sebagainya.[8]
Menurut M. Dalyono, setiap
orang hendaknya memperhatikan
prinsip -prinsip dalam belajar, di
antaranya adalah:
1. Kematangan jasmani dan rohani
Kematangan jasmani yaitu telah sampai pada batas minimal umur
serta
kondisi
fisiknya
telah
cukup
kuat
untuk
melakukan kegiatan belajar. Dan kematangan
rohani
yaitu
telah
memiliki kemampuan secara psikologis untuk
melakukan kegiatan belajar, misalnya
kemampuan
berpikir, ingatan, fantasi, dan sebagainya.
2. Memiliki kesiapan
Maksudnya kesiapan adalah
dengan
kemampuan
yang cukup baik fisik,
mental maupun
perlengkapan
belajar. Kesiapan mental berarti memiliki tenaga
cukup dalam kesehatan yang baik, sementara
kesiapan mental berarti
memiliki
minat
dan
motivasi yang cukup untuk melakukan belajar.
3. Memahami
tujuan
Maksudnya setiap orang yang belajar
harus memahami apa
tujuannya agar tidak menimbulkan kebingungan. Dan prinsip
ini
sangat penting
dimiliki oleh orang agar proses
yang
dilakukan
cepat selesai dan berhasil.
4. Memiliki
kesungguhan
Belajar tanpa kesungguhan akan memperoleh
hasil
yang
tidak memuaskan dan banyak membuang waktu serta tenaga.
Sebaliknya, belajar dengan
sunggah-sungguh serta tekun akan memperoleh hasil yang maksimal
dan penggunaan waktu
akan
lebih efektif.
5. Ulangan dan latihan
Maksudnya sesuatu yang
dipelajari perlu diulang serta dibuat latihan agar meresap dalam otak, sehingga dikuasai
sepenuhnya dan sukar dilupakan.[9]
Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan
suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.[10] Dengan demikian, lingkungan yang berbeda dari setiap individu akan
mempengaruhi tingkah laku individu tersebut.
Menurut Skinner, belajar adalah suatu perilaku. Pada
saat orang belajar, maka responnya akan lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak
belajar maka responnya menurun, sedangakan menurut
Gagne, belajar adalah kegiatan yang kompleks. [11] Hal
ini menunjukkan bahwa dengan adanya respon yang dilakukan individu dalam
melaksanakan pembelajaran akan mempengaruhi tindakan yang dilakukannya dengan
jalan merespon balik apa yang diterimanya.
b. Pengertian Hasil Belajar
Menurut kamus umum bahasa indonesia kata hasil berarti
(1) sesuatu yang diadakan oleh
usaha; (2) pendapatan, perolehan, buah; (3) akibat kesudahan.[12]
Sehingga hasil belajar adalah akibat dari proses perubahan tingkah laku atau interaksi
seseorang dengan orang lain atau lingkungannya.
Hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi atau tindak
belajar dan tindak mengajar.[13]
Atau hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.[14]
Hasil belajar dapat ditunjukkan
dalam berbagai bentuk seperti
berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap
dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan kemampuannya
serta
perubahan
aspek
lain yang ada pada individu belajar.
Hasil belajar merupakan hasil yang
dicapai
oleh
siswa
dalam
menuntut suatu pelajaran
yang
menunjukkan taraf kemampuan
siswa
dalam mengikuti program belajar
dalam waktu tertentu. Hasil belajar dapat dicerminkan sebagai nilai yang menentukan berhasil dan tidaknya
siswa dalam proses pembelajaran, dan ditunjukkan dengan
nilai atau angka
yang diberikan oleh guru.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar dapat dibedakan menjadi
tiga golongan, yaitu:
1. Faktor
internal
Faktor internal
merupakan faktor yang berasal
dari
diri individu yang belajar, meliputi: aspek fisiologi dan aspek psikologi. Aspek fisiologi
individu yang belajar
seperti kondisi umum jasmani yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas subyek belajar. Aspek psikologis
yang
mempengaruhi
hasil
belajar
adalah
kecerdasan, sikap, bakat, minat,
dan motivasi.
2.
Faktor
eksternal
Faktor eksternal
merupakan faktor yang berasal
dari
luar
individu yang belajar, meliputi:
aspek lingkungan sosial dan aspek lingkungan non sosial. Aspek lingkungan
sosial
antara lain: lingkungan belajar subyek belajar,
seperti: guru, asisten, administrasi,
teman
sekelas, keluarga subyek belajar, tetangga dan masyarakat. Aspek
lingkungan non sosial antara lain:
sarana dan prasarana belajar, kurikulum,
administrasi, keadaan cuaca, dan
waktu belajar yang digunakan oleh
subyek belajar.
3. Faktor
pendekatan belajar
Pendekatan belajar
dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan subyek belajar dalam menunjang efektivitas dan
efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.[15]
Berdasarkan
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas maka dapat disimpulkan
bahwa tidak hanya faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi hasil belajar
melainkan faktor pendekatan belajar juga sangat mempengaruhi hasil belajar
peserta didik termasuk model pembelajaran apa yang dilakukan oleh peserta didik
tersebut.
[1] A. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,
(Jakarta : PT Raja. Grafindo Persada, 2001). h. 31
[5] Yamin, Martinis. Kiat
Membelajarkan Siswa. (Jakarta. Gaung Persada Press dan Center for Learning
Innovation (CLI), 2007). h. 84.
[8] Slameto, Belajar dan
Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. (Cet. V, Jakarta: Rineka Cipta,
2010), h. 3-4.
[10] Slameto,
Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya, (Cet.
V, Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 2.
[12] Kamus
On - Line, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), kbbi.web.com, di akses pada tanggal 3 Agustus 2014, Sungguminasa,
pukul 16.35 WITA.
[14] Nana Sudjana, Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar, (Cet. XIII, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 23.
[15] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Cet. XV, Bandung: Rosdakarya, 2010), h. 132-139.
No comments:
Post a Comment