A.
PERANGKAT
PEMBELAJARAN
Perangkat pembelajaran merupukan hal
yang harus disiapkan oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran. Dalam KBBI
(2007: 17), perangkat adalah alat atau perlengkapan, sedangkan pembelajaran
adalah proses atau cara menjadikan orang belajar. Menurut Zuhdan, dkk (2011:
16) perangkat pembelajaran adalah alat atau perlengkapan untuk melaksanakan
proses yang memungkinkan pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan
pembelajaran.Perangkat pembelajaran meliputi:
1.
SILABUS
a.
Pengertian
Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran
pada suatu kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar
kompetensi , kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat
belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar
ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Silabus merupakan seperangkat rencana
dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian
hasil belajar.
b.
Komponen
Silabus
Silabus terdiri
dari beberapa komponen, yaitu:
1)
Standar
Kompetensi
2)
Kompetensi
Dasar
3)
Indikator
4)
Kegiatan
Pembelajaran
5)
Penilaian
6)
Alokasi
Waktu
7)
Sumber
Belajar
2.
RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
a.
Pengertian
RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) adalah perkiraan atau proyeksi mengenai tindakan apa yang akan dilakukan
pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran.
b.
Langkah-langkah
penyusunan RPP
1)
Mencantumkan
identitas
2)
Menentukan
alokasi waktu
3)
Menentukan
standar kompetensi
4)
Menentukan
kompetensi dasar
5)
Merumuskan
indikator
6)
Merumuskan
tujuan pembelajaran
7)
Menentukan
materi ajar
8)
Menentukan
model dan metode pembelajaran
9)
Menentukan
kegiatan pembelajaran
10)
Menentukan
penilaian hasil belajar
11)
Memilih
sumber belajar
3.
Program
Semester
a.
Pengertian
Program Semester
Program semester adalah program yang
berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan
dicapai dalam semester tersebut. Program semester merupakan penjabaran dari
program tahunan. Isi dari program semester adalah tentang bulan, pokok bahasan yang hendak
disampaikan, waktu yang direncanakan, dan keterangan-keterangan.
b.
Langkah-langkah
penyusunan program semester
1)
Menghitung jumlah minggu kalender dalam setiap semester.
2)
Menghitung jumlah minggu tidak efektif dalam satu
semester.
3)
Menghitung minggu efektif dalam satu semester.
4)
Menghitung jam tidak efektif dalam satu semester.
5)
Menghitung jam efektif dalam satu semester (untuk semua
mata pelajaran).
6)
Menjabarkan jam efektif untuk setiap kompetensi dasar.
7)
Mengurutkan kompetensi dasar pada setiap semester.
8)
Menuangkan hasil analisis ke dalam format program
semester.
4.
Program
Tahunan
a.
Pengertian
Program Tahunan
Program tahunan adalah rencana
penetapan alokasi waktu satu tahun untuk mencapai tujuan (SK dan KD) yang telah
ditetapkan.Penetapan alokasi waktu diperlukan agar seluruh kompetensi dasar
yang ada dalam kurikulum seluruhnya dapat dicapai oleh siswa. Penentuan alokasi
waktu ditentukan pada jumlah jam pelajaran sesuai dengan struktur kurikulum
yang berlaku serta keluasan materi yang harus dikuasai oleh siswa.
b.
Langkah-langkah
penyusunan program tahunan
1) Menelaah kalender pendidikan, dan
ciri khas sekolah/madrasah berdasarkan kebutuhan tingkat satuan pendidikan.
2)
Menandai hari-hari libur,
permulaan tahun pelajaran, minggu efektif,belajar, waktu pembelajaran efektif
(per minggu). Hari-hari libur meliputi:
a)
Jeda tengah
semester
b)
Jeda antar semester
c)
Libur akhir tahun pelajaran
d)
Hari libur keagaman
e)
Hari libur umum termasuk
hari-hari besar nasional
f)
Hari libur khusus
3)
Menghitung jumlah minggu efektif
setiap bulan dan semester dalam satu tahun dan memasukkan dalam format matrik
yang tersedia.
4)
Medistribusikan alokasi waktu
yang disediakan untuk suatu mata pelajaran, pada setiap KD dan topik bahasannya
pada minggu efektif, sesuai ruang lingkup cakupan maeri, tingkat kesulitan dan
pentingnya materi tersebut, serta mempertimbangkan waktu untuk ulangan serta
review materi.
5.
KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal)
a.
Pengertian
KKM
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
adalah kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai
ketuntasan. KKM harus ditetapkan diawal tahun ajaran oleh satuan pendidikan
berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau
beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama.
Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan
utama penetapan KKM.
b.
Fungsi
KKM
1)
Sebagai acuan bagi seorang guru
untuk menilai kompetensi peserta didik sesuai dengan Kompetensi
Dasar (KD) suatu mata pelajaran atau Standar Kompetensi (SK)
2)
Sebagai acuan bagi peserta didik
untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti pembelajaran
3)
Sebagai target pencapaian penguasaan
materi sesuai dengan SK/KD – nya
4)
Sebagai salah satu instrumen dalam
melakukan evaluasi pembelajaran
5)
Sebagai “kontrak” pedagogik antara
pendidik, peserta didik dan masyarakat (khususnya orang tua dan wali murid)
c.
Tahap
Penetapan KKM
1)
Guru atau kelompok guru menetapkan
KKM mata pelajaran dengan mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu
kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik. Hasil penetapan KKM
indikator berlanjut pada KD, SK hingga KKM mata pelajaran.
2)
Hasil penetapan KKM oleh guru atau
kelompok guru mata pelajaran disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan
patokan guru dalam melakukan penilaian
3)
KKM yang ditetapkan disosialisaikan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua, dan
dinas pendidikan
4)
KKM dicantumkan dalam laporan hasi
belajar atau rapor pada saat hasil penilaian dilaporkan kepada orang tua/wali
peserta didik
B.
MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN
Model pembelajaran adalah bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas
oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai
dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Beberapa
model pembelajaran yang digunakan di dalam kelas yaitu:
1. Model Pembelajaran Langsung
Pengajaran
Langsung merupakan suatu model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher
center. Dalam menerapkan model pengajaran langsung guru harus
mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan kepada
siswa secara langkah demi langkah. Karena dalam pembelajaran peran guru sangat
dominan, maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi
siswa.
Pada model
pembelajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali
pelajaran dengan pekerjaan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran,
serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru.
Fase persiapan dan motivasi ini
kemudian diikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau demonstrasi
tentang keterampilan tertentu. Pelajaran ini termasuk juga pemberian kesempatan
kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap
keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tertentu,
guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan
pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari kedalam situasi kehidupan nyata.
Rangkuman kelima fase tersebut dapat dilihat pada table 1.
TABEL 1.
SINTAKS MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG
FASE-FASE
|
PRILAKU GURU
|
FASE 1
Menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa
|
Guru
menyampaikan tujuan, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran
ini, mempersiapkan siswa untuk belajar
|
FASE 2
Mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan
|
Guru
mendemonstrasikan keterampilan yang benar, atau menyajikan informasi tahap
demi tahap
|
FASE 3
Membimbing
pelatihan
|
Guru
merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
|
FASE 4
Mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik
|
Mencek apakah
siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik
|
FASE 5
Memberikan
kesempatan untuk pelatihan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
|
Guru
mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian
khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan
sehari-hari.
|
Pengajaran
langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati di pihak
guru. Agar efektif, pengajaran langsung mensyaratkan tiap detil keterampilan
atau isi didefinisikan secara seksama. Demonstrasi dan jadwal pelatihan juga
harus direncanakan dan dilaksanakan secara seksama.
Meskipun tujuan
pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh guru dan siswa, model ini terutama
berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan,
mendengarkan, dan resitasi (Tanya jawab) yang terencana. Ini tidak berarti
bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin, dan tanpa humor. Ini berarti
bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan member harapan tinggi agar siswa
mencapai hasil belajar dengan baik.
Langkah-langkah
pembelajaran model pengajaran langsung pada dasarnya mengikuti pola-pola
pembelajaran secara umum. Meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:
- Menyiapkan dan memotivasi siswa, Tujuan langkah awal ini untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pelajaran itu.
- Menyampaikan tujuan, Siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran.
- Presentasi dan Demonstrasi, Fase ini merupakan fase kedua pengajaran langsung. Guru melaksanakan presentasi atau demonstrasi pengetahuan dan keterampilan. Kunci keberhasilan kegiatan demonstrasi ialah tingkat kejelasan demostrasi informasi yang dilakukan dan mengikuti pola-pola demonstrasi yang efektif.
- Mencapai kejelasan, Hasil-hasil penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa kemampuan guru untuk memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap proses belajar mengajar.
- Melakukan demonstrasi, Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa sebagian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari mengamati orang lain. Belajar dengan meniru tingkah laku orang lain dapat menghemat waktu, menghindari siswa dari belajar melalui “trial and error.”
- Mencapai pemahaman dan penguasaan, Untuk menjamin agar siswa akan mengamati tingkah laku yang benar dan bukan sebaliknya, guru perlu benar-benar memperhatikan apa yang terjadi pada setiap tahap demonstrasi ini berarti, bahwa jika guru perlu berupaya agar segala sesuatu yang didemonstrasikan juga benar.
- Berlatih, Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar diperlukan latihan yang intensif, dan memperhatikan aspek-aspek penting dari keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan.
- Memberikan latihan Terbimbing, Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung ialah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing.” Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi yang baru.
2. Model Pembelajaran Problem Based Learning
Model pembelajaran ini bertujuan merangsang peserta didik
untuk belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari
dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya melalui
langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
- Mengorientasi peserta didik pada masalah. Tahap ini untuk memfokuskan peserta didik mengamati masalah yang menjadi objek pembelajaran.
- Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Pengorganisasian pembelajaran salah satu kegiatan agar peserta didik menyampaikan berbagai pertanyaan (atau menanya) terhadap malasalah kajian.
- Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok. Pada tahap ini peserta didik melakukan percobaan (mencoba) untuk memperoleh data dalam rangka menjawab atau menyelesaikan masalah yang dikaji.
- Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Peserta didik mengasosiasi data yang ditemukan dari percobaan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.
- Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Setelah peserta didik mendapat jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya dianalisis dan dievaluasi.
3. Model Pembelajaran Inkuiri
Model
pembelajaran Inkuiri biasanya lebih cocok digunakan pada pembelajaran
matematika, tetapi mata pelajaran lainpun dapat menggunakan model tersebut asal
sesuai dengan karakteristik KD atau materi pembelajarannya. Langkah-langkah
dalam model inkuiri terdiri atas:
- Observasi/Mengamati berbagi fenomena alam. Kegiatan ini memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik bagaimana mengamati berbagai fakta atau fenomena dalam mata pelajaran tertentu.
- Mengajukan pertanyaan tentang fenomana yang dihadapi. Tahapan ini melatih peserta didik untuk mengeksplorasi fenomena melalui kegiatan menanya baik terhadap guru, teman, atau melalui sumber yang lain.
- Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban. Pada tahapan ini peserta didik dapat mengasosiasi atau melakukan penalaran terhadap kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.
- Mengumpulkan data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan, sehingga pada kegiatan tersebut peserta didik dapat memprediksi dugaan atau yang paling tepat sebagai dasar untuk merumuskan suatu kesimpulan.
- Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau dianalisis, sehingga peserta didik dapat mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.
C.
PENDEKATAN
PEMBELAJARAN
Pendekatan pembelajaran dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan,
dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat
dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada guru (teacher centered approach).
Beberapa pendekatan pembelajaran yaitu:
1. Pendekatan Konsep
- Pengertian
Pendekatan konsep adalah pendekatan
yang mengarahkan peserta didik meguasai konsep secara benar dengan tujuan agar
tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi). Konsep adalah klasifikasi
perangsang yang memiliki ciri-ciri tertentu yang sama. Konsep merupakan
struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.
Pendekatan Konsep merupakan suatu
pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi
kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.
- Ciri-Ciri
Ciri-ciri suatu konsep adalah:
- Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
- Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
- Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
- Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-pengalaman
- Konsep yang benar membentuk pengertian
- Setiap konsep berbeda dengan melihat ‘ciri-ciri tertentu
- Langkah-Langkah
Langkah-langkah mengajar dengan
pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu,
1)
Tahap enaktik
Tahap enaktik dimulai dari:
a)
Pengenalan benda konkret.
b)
Menghubungkan dengan pengalaman lama
atau berupa pengalaman baru.
c)
Pengamatan,penafsiran tentang benda
baru
2)
Tahap simbolik
Tahap simbolik siperkenalkan dengan:
Simbol,lambang,kode,seperti
angka,huruf. kode,seperti (?=,/) dll.
a)
Membandingkan antara contoh dan
non-contoh untuk menangkap apakah siswa cukup mengerti akan ciri-cirinya.
b)
Memberi nama,dan istilah serta
defenisi.
3)
Tahap ikonik
Tahap ini adalah tahap penguasaan
konsep secara abstrak,seperti: Menyebut nama,istilah,defmisi,apakah siswa sudah
mampu mengatakannya
2. Pendekatan Open-Ended Problem
- Pengertian
Menurut Suherman dkk (2003; 123)
problem yang diformulasikan memiliki multijawaban yang benar disebut problem
tak lengkap atau disebut juga Open-Ended problem atau soal terbuka. Siswa yang
dihadapkan dengan Open-Ended problem, tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan
jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban.
Dengan demikian bukanlah hanya satu pendekatan atau metode dalam mendapatkan
jawaban, namun beberapa atau banyak.
Pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended diawali dengan
memberikan masalah terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajaran harus mengarah
dan membawa siswa dalam menjawab masalah dengan banyak cara serta mungkin juga
dengan banyak jawaban (yang benar), sehingga merangsang kemampuan intelektual
dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru.
Tujuan dari pembelajaran Open-Ended
problem menurut Nohda (Suherman, dkk, 2003; 124) ialah untuk membantu
mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematik siswa melalui problem
posing secara simultan. Dengan kata lain, kegiatan kreatif dan pola pikir
matematik siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan
setiap siswa.
- Kelebihan dan Kekurangan
§ Kelebihan
Pendekatan Open-ended memiliki
beberapa kelebihan antara lain (Suherman, dkk, 2003):
1.
Siswa berpartisipasi lebih aktif
dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.
2.
Siswa memiliki kesempatan lebih
banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan matematika secara komprehensif.
3.
Siswa dengan kemampuan matematika
rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.
4.
Siswa secara intrinsik termotivasi
untuk memberikan bukti atau penjelasan.
5.
Siswa memiliki pengalaman banyak
untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.
§ Kekurangan
Di samping keunggulan, terdapat pula
kekurangan dari pendekatan Open-ended, diantaranya (Suherman, dkk, 2003):
1.
Membuat dan menyiapkan masalah
matematika yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah.
2.
Mengemukakan masalah yang langsung
dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami
kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan.
3.
Siswa dengan kemampuan tinggi bisa
merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.
- Langkah-Langkah
Langkah-langkah pembelajaran Open
ended
1)
Orentasi. Pembelajran diawali dengan
penyampaian tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi kepada siswa berupa
masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa.
2)
Penyajian masalah terbuka. Guru
memberikan masalah secara umum tentang materi yang diberikan
3)
Pengerjaan masalah terbuka secara
individu. Siswa diminta mengerjakan soal atau menyelesaikan masalah secara
individu. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan tingkat kreativitas
siswa secara individu akibat pembekalan yang diberikan kepada siswa. Pada saat
siswa mengerjakan masalahnya atau soal yang diberikan tidak diperkenankan untuk
minta bantuan kepada teman2 yang lain sehingga siswa akan benar2 terpacu
kreativitasnya untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Setelah selesai
mengerjakan soal atau masalah. Siswa diminta untuk mengumpulkan lembar
penyelesaiannya.
4)
Diskusi kelompok tentang masalah
terbuka. Siswa diminta bekerja secara berkelompok untuk mendiskusikan penilaian
dari masalah open ended yang telah dikerjakan secara individu. Dengan demikian
diharapkan diskusi kelompok akan dapat memunculkan ide pada tiap siswa sehingga
nantinya kreativitas siswa akan meningkat.
5)
Presentasi hasil diskusi kelompok.
Beberapa atau semua anggota kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok
mereka.
6)
Penutup. Siswa bersama guru
menyimpulkan atau membuat ringkasansingkat tentang konsep atau ide-ide yang
terdapat pada permasalahan yang diajukan.
3. Pendekatan Kontekstual
a.
Pengertian
Pendekatan konstektual merupakan
suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas
dan mendorong siswa membuat membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat. Hasil pembekajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk
memecahkan persoalan, berfikir kritis danmelaksanakan observasi serta menarik
kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya. Dalam konteks itu, siswa perlu
mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan
bagaimana mencapainya.
Pendekatan konstekstual berlatar
belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami
sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat,
dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi,
yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam
kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan daripada
hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran
yang variatif dengan prinsip membelajarkan – memberdayakan siswa, bukan
mengajar siswa
b.
Karakteristik
Lima karakteristik dalam proses
pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual:
- Dalam pendekatan kontekstual pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activiting knowledge).
- Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowlwdge).
- Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk diyakini dan dipahami.
- Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan prilaku siswa.
- Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan.
c.
Kelebihan dan Kekurangan
o Kelebihan
1.
Pembelajaran menjadi lebih bermakna
dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting,
sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata,
bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi
materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak
akan mudah dilupakan.
2.
Pembelajaran lebih produktif dan
mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL
menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
o Kekurangan
1.
Guru lebih intensif dalam
membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat
informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa
dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang
akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang
dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ”
penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka
dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
2.
Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar
dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri
untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan
bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa
yang diterapkan semula.
Langkah-Langkah
Langkah-langkah pembelajaran
kontekstual menurut Depdiknas ( 2002 : 10 ) adalah sebagai berikut :
1)
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan
belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. ( Constructivisme
)
2)
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan
inkuiri untuk semua topik. ( Inquiry )
3)
Kembangkan sifat ingin tahu siswa
dengan bertanya. ( Questioning )
4)
Ciptakan masyarakat belajar atau belajar
dalam kelompok- kelompok (Learning Community )Hadirkan model sebagai contoh
pembelajaran (Modeling )
5)
Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
( Reflection )
6)
Lakukan penilaian yang sebenarnya
dan objektif dengan berbagai cara (Authentic Assesment )
No comments:
Post a Comment