EFEKTIVITAS
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN BANTUAN LKS TERHADAP PENINGKATAN
HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA KELAS VIII MTs. MUHAMMADIYAH PALLEKO
KABUPATEN TAKALAR
ISTIQFAR
Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan
UIN
Alauddin Makassar
Skripsi ini membahas tentang model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS terhadap peningkatan hasil
belajar matematika dengan permasalahan, (1) Bagaimana hasil belajar matematika siswa
kelas VIII MTs.Muhammadiyah Palleko yang diajar tidak menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS, (2) Bagaimana hasil
belajar matematika siswa kelas VIII MTs.Muhammadiyah Palleko yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS, (3)
Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS ini efektif
dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs.Muhammadiyah
Palleko. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Hasil belajar matematika
siswa yang diajar tidak menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS, (2) Hasil Hasil belajar
matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan bantuan LKS, (3) model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
bantuan LKS efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa VIII
MTs.Muhammadiyah Palleko.
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian quasi experiment dengan
desain penelitian non-equivalent control
group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas
VIII MTs Muhammadiyah Palleko yang berjumlah 35 peserta didik terdiri atas
kelas VIII1, dan VIII2,. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh. Sampelnya
adalah seluruh kelas VIII1 dan kelas VIII2, dimana kelas
eksperimen dipilih kelas VIII1 dan kelas kontrol dipilih kelas VIII2.
Instrumen yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik berupa
tes dengan menggunakan soal essay sebanyak 5 item. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik
inferensial.
Berdasarkan hasil analisis deskriktif
diperoleh rata-rata dari kedua kelompok tersebut, yaitu kelas eksperimen
sebelum perlakuan (pre-test) sebesar 59,16 dan setelah perlakuan sebesar (posstest) 75,61, kelas
kontrol rata-rata pre-test nya 54,56 dan rata-rata post-test nya
sebesar 58,25. Sedangkan berdasarkan hasil efisiensi relatif dan analisis
inferensial dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan bantuan LKS efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa
kelas VIII MTs.Muhammadiyah Palleko Kab.Takalar.
KATA KUNCI:
Hasil Belajar Matematika, Model Kooperatif Tipe STAD
LATAR BELAKANG
Pendidikan
adalah suatu proses mengembangkan sikap dan tingkah laku seorang individu untuk
bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat mengembangkan
kemampuannya secara optimal. Seperti yang disebutkan dalam Dictionary Of Education, bahwa pendidikan adalah proses di mana
seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya
di dalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial di mana orang dihadapkan
pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya pengaruh yang
berasal dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan
kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum.
Pendidikan
merupakan hubungan antar pribadi pendidik dan anak didik. Dalam pergaulan
terjadi kontak atau komunikasi antara masing-masing pribadi. Hubungan ini jika
meningkat ke taraf hubungan pendidikan, maka menjadi hubungan antara pribadi
pendidik dan pribadi si anak didik, yang pada akhirnya melahirkan tanggung
jawab pendidikan dan kewibawaan pendidikan. Pendidik bertindak demi kepentingan
dan keselamatan anak didik, dan anak didik mengakui kewibawaan pendidik dan
bergantung padanya
Berdasarkan
penjelasan di atas dapat dilihat bahwa pendidikan adalah hubungan antar pribadi
pengajar dan pelajar dalam berkomunikasi untuk melahirkan suatu tanggung jawab
pendidikan dan kewibawaan pendidikan.
ô`¨Br& uqèd ìMÏZ»s% uä!$tR#uä È@ø©9$# #YÉ`$y $VJͬ!$s%ur âxøts notÅzFy$# (#qã_ötur spuH÷qu ¾ÏmÎn/u 3 ö@è% ö@yd ÈqtGó¡o tûïÏ%©!$# tbqçHs>ôèt tûïÏ%©!$#ur w tbqßJn=ôèt 3 $yJ¯RÎ) ã©.xtGt (#qä9'ré& É=»t7ø9F{$# ÇÒÈ
9. (apakah kamu Hai orang musyrik yang
lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud
dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat
Tuhannya? Katakanlah: "Adakah
sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.(Az – Zumar : 9)
Dalam
surah Az-zumar ayat 9 di atas dijelaskan bahwa hanya orang-orang yang memiliki
akal dan takut kepada azab Allah yang bisa menerima pelajaran, sedangkan orang
yang musyrik dan tidak berakal tidak bisa menerima pelajaran.
Pembelajaran
adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidikan untuk membantu peserta didik
melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisien dan
efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik.
Belajar
secara kooperatif atau berkelompok dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif
dan hubungan yang lebih baik antar siswa, dan dapat mengembangkan kemampuan
akademis siswa. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat belajar lebih banyak
dari teman mereka daripada guru, karena interkasi yang terjadi dalam belajar
kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan
intelektual siswa. Pembelajaran dengan model kooperatif dapat meningkatkan
kemampuan bekerjasama, berinteraksi serta dapat bertukar pendapat dan
bersama-sama menyelesaikan suatu permasalahan.
Pada
mata pelajaran matematika siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
soal-soal matematika apabila mengerjakan sendiri atau secara individu. Siswa
cenderung ingin mengerjakan soal matematika dengan temannya karena bisa saling
bertukar jawaban atau bersama-sama menyelesaikan soal-soal matematika tersebut.
Sebagaimana
uraian di atas, seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa
hendaknya selektif memilih model pembelajaran dan strategi mengajar. Salah satu
model pembelajaran yang dapat membantu siswa melakukan kegiatan belajar
mengajar dengan baik dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah
pembelajaran model kooperatif.
Terdapat
beberapa macam pembelajaran model kooperatif, yaitu tipe Student Teams
Achievement Division (STAD), tim ahli (Jigsaw), Groups
Investigation (GI), Think Pair Share (TPS), Numbered Head
Together (NHT), dan Team Games Tournament (TGT). Berdasarkan
tipe-tipe model pembelajaran kooperatif yang disebutkan di atas, peneliti
mengambil model pembelajaran kooperatif tipe STAD, karena model pembelajaran
kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana dan merupakan model kooperatif yang paling baik digunakan bagi para
pengajar pemula yang menggunakan model pembelajaran kooperatif. Namun peneliti
menambahkan suatu elemen lain yaitu lembar kerja siswa (LKS) untuk membantu
memudahkan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan
uraian di atas, maka peneliti tertarik ingin melakukan penelitian untuk mengetahui apakah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa. Adapun judul penelitian yang akan dilakukan adalah “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD Dengan Bantuan LKS Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika
Siswa Pada Kelas VIII MTs. Muhammadiyah Palleko Kab. Takalar ”.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan dari latar
belakang di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah hasil belajar
matematika siswa kelas VIII MTs. Muhammadiyah Palleko yang tidak menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS?
2.
Bagaimanakah hasil belajar
matematika siswa kelas VIII MTs. Muhammadiyah Palleko yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS?
3.
Apakah
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS ini efektif dalam
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah
Palleko?
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan dari rumusan masalah di
atas maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui hasil
belajar matematika siswa kelas VIII MTs. Muhammadiyah
Palleko yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
bantuan LKS.
2. Mengetahui
hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs. Muhammadiyah Palleko yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS.
3. Mengetahui
apakah model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan bantuan LKS ini efektif dalam meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah Palleko.
TINJAUAN TEORITIS
A. Hasil
Belajar Matematika
1.
Hakikat
Belajar
Sebelum melaksanakan pembelajaran, seorang pengajar
hendaknya mengetahui apa sebenarnya belajar itu, sejak kapan manusia belajar,
dan bagaimana belajar terjadi? Secara sederhana Anthony Robbins dalam bukunya Trianto, mendefenisikan belajar
sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah
dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari defenisi ini dimensi belajar
memuat beberapa unsur, yaitu: (1) menciptakan hubungan, (2) sesuatu hal
(pengetahuan) yang sudah dipahami, dan (3) sesuatu hal (pengetahuan) yang baru.
Jadi dalam makna belajar, di sini bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar
belum diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang
sudah ada dengan pengetahuan yang baru.
2.
Belajar
Belajar merupakan
komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan
interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Untuk
menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu
menggunakan kemampuan pada ranah-ranah :
a. Kognitif,
yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran
terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan
evaluasi.
b. Afektif,
yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang
berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi,
penilaian sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.
c. Psikomotorik,
yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian
pola gerakan dan kreativitas.
3.
Hasil
Belajar
Kata
hasil dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai sesuatu yang diadakan oleh usaha. Berdasarkan kamus
lengkap bahasa indonesia, hasil adalah sesuatu yang menjadi akibat dari usaha.
Jadi hasil adalah hal-hal yang ditimbulkan atau dimunculkan sebagai akibat dari
sebuah usaha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil adalah sesuatu yang diperoleh
atau diraih oleh seseorang dari suatu
usaha yang dilakukan
Hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya. Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi
tiga macam hasil belajar mengajar : . Keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan
dan pengarahan, serta sikap dan cita-cita. Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan
keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan
oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan
sehari-hari.
Hasil
belajar yang dicapai siswa
dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari
luar diri siswa. Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam
diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti hasil belajar siswa
di sekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan
30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa
yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran. Hasil
belajar tidak hanya berasal dari sejauh mana siswa tersebut menguasai materi, tetapi juga berasal dari lingkungannya.
4.
Matematika
Matematika
berasal
dari kata mathema dalam bahasa Yunani
yang diartikan sebagai sains, ilmu
pengetahuan atau belajar. Juga
dari kata mathematikos yang diartikan
sebagai suku belajar. Matematika
adalah kumpulan konsep yang mempunyai struktur sistematis, urut dengan alur
logika yang jelas dan mempunyai hirarki antara 1 konsep dengan yang lain,
maksudnya antara 1 konsep dengan konsep yang lain saling menunjang dan
berhubungan. Jadi, dalam belajar matematika harus diketahui yang awal untuk
menyelesaikan masalah pada konsep selanjutnya.
Beberapa
defenisi atau pengertian tentang matematika yaitu :
a. Matematika
adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik
b. Matematika
adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi
c. Matematika
adalah pengetahuan tentang penalaran logic dan berhubungan dengan bilangan
d. Matematika
adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang
dan bentuk
e. Matematika
adalah pengetahuan tentang struktur-struktur logic
f. Matematika
adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Mempelajari materi-materi matematika
tidak cukup hanya dipelajari dengan membaca saja. Suatu teorema, dalil, sifat
ataupun suatu defenisi untuk dapat memahaminya memerlukan waktu dan ketekunan.
Jika perlu materi matematika sering kali kita terpaksa harus berulang-ulang
membacanya sehingga memahami maknanya padahal tidak jarang hanya terdiri dari
satu kalimat saja. Memahami konsep matematika perlu memperhatikan konsep-konsep
sebelumnya. Matematika tersusun secara hirearki yang satu sama lain berkaitan
erat. Konsep lanjutan tidak mungkin dapat dipahami sebelum memahami dengan baik
konsep sebelumnya yang menjadi prasyarat.
B. Model
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif
merupakan merupakan salah satu bidang paling luas dan bermanfaat bagi teori,
penelitian, dan praktek dalam pendidikan. Dalam model pembelajaran kooperatif
ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan pemnghubung
ke arah pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak
hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun
pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan
pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan
bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.
Cooperative learning adalah teknik pengelompokan
yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam
kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang. Belajar cooperative adalah pemanfaatan kelompok
kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk
memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok
tersebut.
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah
untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi.
Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak
kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung
satu sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam. Sementara
itu, banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.
Situasi ini dibuktikan dengan begitu sering pertikaian kecil antara individu
dapat mengakibatkan tindak kekerasan atau betapa sering orang menyatakan
ketidakpuasan pada saat diminta untuk bekerja dalam situasi kooperatif. Dalam
pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja. Namun, siswa juga
harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan
kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan,
kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan
komunikasi antaranggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan
membagi tugas antaranggota kelompok selama kegiatan.
Tabel 2.1.
langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Fase
|
Kegiatan Guru
|
Fase-1
Manyampaikan tujuan dan memotivasi
siswa
|
Menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pelajaran tersbut dan memotivasi siswa belajar.
|
Fase-2
Menyajikan/menyampikan informasi
|
Menyampaikan informasi kepada siswa
dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.
|
Fase-3
Mengorganisasikan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar
|
Menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efisien.
|
Fase-4
Membimbing kelompok bekerja dan
belajar
|
Membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
|
Fase-5
Evaluasi
|
Mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya.
|
Fase-6
Memberikan penghargaan
|
Mencari cara-cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
|
C. Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan
salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok
kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.
Diawali dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaikan materi, kegiatan
kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
Menurut Nurasman dalam bukunya Rusman,
menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran Kooperatif tipe STAD terdiri dari enam
tahap :
1. Penyampaian
Tujuan dan Motivasi
Menyampaikan
tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi
siswa untuk belajar.
2. Pembagian
Kelompok
Siswa
dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5
siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi
akademik, gender/jenis kelamin, rasa tau etnik.
3. Presentasi
dari Guru
Guru
menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok
bahasan tersebut dipelajari. Guru member motivasi siswa agar dapat belajar
dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses
pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau
masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang
keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan
yang harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya.
4. Kegiatan
Belajar dalam Tim (Kerja Tim)
Siswa
belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja
sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan
masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan
pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja
tim merupakan cirri terpenting dari STAD.
5. Kuis
(Evaluasi)
Guru
mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang
dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja
masing-masing kelompok. Siswa diberikan kuis secara individual dan tidak
dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara
individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar
tersebut.
6. Penghargaan
Prestasi Tim
Setelah
pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan
rentang 0 – 100. Selanjutunya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok
dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut.
Yaitu: (1) Menghitung skor individu. (2) Menghitung skor kelompok. (3)
Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok.
D. Lembar
Kerja Siswa
LKS cetak atau biasa disebut pula dengan istilah Buku
Kerja Siswa. LKS bukan merupakan
“Lembar Kegiatan Siswa”, akan tetapi “Lembar Kerja Siswa”. LKS merupakan materi
ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat
mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. Dalam LKS, siswa akan
mendapatkan materi, ringkasan dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain
itu, dalam LKS siswa dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami
materi yang diberikan. Dalam LKS, siswa pada saat yang bersamaan diberi materi
dan tugas yang berkaitan dengan materi tersebut.
Lembar kerja siswa adalah alat
instruksional yang terdiri dari serangkaian pertanyaan dan informasi yang
dirancang untuk membimbing siswa untuk memahami ide-ide yang kompleks
karena mereka bekerja melalui secara sistematis. Lembar kerja siswa yang terdiri dari bahan kegiatan siswa
yang akan dilakukan saat belajar menulis topik dan juga akan memungkinkan siswa
untuk mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri dengan
langkah-langkah proses yang diberikan terkait dengan kegiatan tersebut.
Tujuan
Lembar Kerja Siswa, antara lain:
a. Melatih siswa
berfikir lebih mantap dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Memperbaiki minat siswa untuk belajar, misalnya guru membuat LKS lebih sistematis, berwarna serta bergambar untuk menarik perhatian dalam mempelajari LKS tersebut.
b. Memperbaiki minat siswa untuk belajar, misalnya guru membuat LKS lebih sistematis, berwarna serta bergambar untuk menarik perhatian dalam mempelajari LKS tersebut.
Berdasarkan pengertian LKS tersebut, pada dasarnya sudah
dapat diterka apa saja fungsinya dalam kegiatan pembelajaran. Namun lebih
jelasnya berikut ini akan diungkapkan bahwa LKS mempunyai empat fungsi, yaitu:
(1) LKS sebagi bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik namun lebih
mengaktifkan siswa. (2) LKS sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk
memahami materi yang diberikan. (3) LKS sebagai bahan ajar yang ringkas dan
kaya tugas untuk berlatih. (4) LKS memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada
siswa.
E. Hasil
Penelitian Yang Relevan
1.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Norma
Eralita DKK dengan judul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Metode
Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan Team Assisted Individualization
(TAI) dilengkapi LKS Terhadap Prestasi dan Motivasi Belajar Siswa Pada Materi
Pokok Koloid Kelas XI SMAN Kebakkramat”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
yang mengatakan bahwa penggunaan metode STAD yang dilengkapi LKS lebih efektif
dibandingkan dengan metode TAI yang dilengkapi LKS pada materi pokok koloid
terhadap prestasi dan motivasi belajar siswa.
2.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh I Made
Sudarsa DKK dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Berbantuan LKS Terhadap Pemahaman Konsep Kimia Ditinjau dari Motivasi
Berprestasi”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan nilai pemahaman konsep kimia antara siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Divisions berbantuan LKS, kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions tanpa LKS, dan model
pembelajaran langsung pada kelompok siswa yang memiliki motivasi berprestasi
tinggi dengan kelompok siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah.
3.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh M.
Candiasa DKK dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan
Kemampuan Abstraksi Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa”. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa:
a. Terdapat
perbedaan prestasi belajar matematika yang signifikan antara siswa yang belajar
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pembelajaran konvensional.
b. Siswa
yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD memperoleh prestasi belajar
matematika yang lebih tinggi dari siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah
penelitian, maka penelitian ini dikategorikan ke dalam penelitian eksperimen
semu (Quasi Experimental). Desain eksperimental semu agak lebih baik dibanding
desain pra-eksperimental, karena melakukan suatu cara untuk membandingkan
kelompok.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Non-equivalent Control Group Design.
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest
control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol tidak dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal
apa perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok
eksperimen adalah kelompok yang diajar
dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS dan kelompok kontrol adalah kelompok
yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa bantuan LKS.
O1 X O2
O3 -
O4
R O3 O4
|
Gambar 3.1 : Non-equivalent Control Group Design.
Keterangan:
X = Perlakuan dengan pebelajaran model
kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS
-
=
tanpa perlakuan
O1
= Hasil pre-test kelas eksperimen
O2
= Hasil post-test kelas eksperimen
O3
= Hasil pre-test kelas kontrol
O4
= Hasil post-test kelas kontrol
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1.
Populasi Penelitian
Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs. Muhammadiyah Palleko tahun
ajaran 2014-2015 yang terdiri dari dua kelas yang berjumlah 35 orang .
2.
Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs.
Muhammadiyah Palleko tahun ajaran 2014-2015 yang terdiri dari dua kelas, yaitu kelas
VIII.1 yang terdiri dari 19 orang siswa dan kelas VIII.2 yang terdiri dari 16
orang siswa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa yang menjadi
sampel dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs. Muhammadiyah
Palleko yang juga sebagai populasi dari penelitian ini, sehingga sampel
penelitian ini termasuk dalam Sampling Jenuh. Sampling jenuh adalah teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi penelitian juga sebagai sampel
penelitian.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga
tahapan, yaitu, tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data.
1. Tahap
persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Mengembangkan
instrumen dan mengujicobakannya.
b. Menganalisis
hasil uji coba instrumen pembelajaran agar dihasilkan instrumen yang valid dan
reliabel.
2. Tahap
pelaksanaan
Kegiatan
pada tahap ini adalah:
a. Memberi
Pre-test untuk seluruh kelas yang
diteliti.
b. Melaksanakan
pembelajaran berdasarkan pembagian perlakuan pada dua kelas yang valid dan reliabel.
c. Memberi
Post-test untuk seluruh kelas yang diteliti.
3. Tahap
analisis data
Kegiatan pada tahap ini adalah menganalisis data yang
diperoleh dari tahap pelaksanaan.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada
penelitian ini yaitu tes. Tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil
belajar matematika siswa. Tes hasil belajar akan dikembangkan sendiri oleh
peneliti yaitu tes akhir (Post-test). Tes berupa tes uraian yang terdiri
dari 5 item pertanyaan. Tes yang akan dibuat kemudian akan dianalisis validitas
dan reliabilitas.
F.
Validitas
dan Reabilitas
Validitas
item (butir soal) dihitung untuk mengetahui seberapa jauh hubungan antara
jawaban suatu butir soal dengan skor total yang telah ditetapkan. Secara umum,
suatu butir soal dikatakan valid apabila memiliki dukungan yang besar terhadap
skor total.
Dengan
x = skor tertinggi butir soal
y =
skor total
= koefisien korelasi antara skor butir
dengan skor total
n = banyaknya siswa yang
mengikuti tes.
Nilai
diinterpretasikan sebagai berikut.
Tabel
3.1: kriteria validitas butir soal Besarnya koefisien r
Kategori
Besarnya koefisien r
|
Kategori
|
0,800 <
< 1,000
0,600 <
<
0,800
0,400 <
< 0,600
0,200 <
< 0,400
0,000 <
< 0,200
|
validitas butir tes sangat tinggi
validitas butir tes tinggi
validitas butir tes sedang
validitas butir
tes rendah
validitas butir
tes sangat rendah
|
Dalam penelitian ini, butir tes
dikatakan valid jika mempunyai validitas cukup, tinggi, atau sangat tinggi,
sedangkan untuk butir-butir tes yang memiliki validitas rendah dan sangat
rendah dikategorikan tidak valid dan dikeluarkan.
Reliabilitas instrumen tes dihitung
untuk mengetahui konsistensi hasil tes. Untuk menghitung reliabilitas perangkat
tes ini digunakan rumus yang sesuai dengan bentuk tes uraian (essay), yaitu
rumus alpha sebagai berikut:
dengan
: koefisien
reliabilitas perangkat tes
n :
banyaknya item tes
Σ
: jumlah
varians skor setiap butir tes
: varians
total
Interpretasi koefisien reliabilitas perangkat tes ini
menggunakan klasifikasi seperti yang diberikan oleh Ornstein yang dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel
3.2: kriteria reliabilitas instrumen
koefisien
reliabilitas
|
Kategori
|
0,800 <
r
0,400 < r < 0,800
r < 0,400
|
Derajat
reliabilitasnya tinggi
Derajat
reliabilitasnya sedang
Derajat
reliabilitasnya rendah
|
G. Teknik Analisis Data
1.
Statistik deskriptif
Analisis
statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar matematika
yang diperoleh siswa baik pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen.
Guna mendapatkan gambaran yang jelas tentang hasil belajar matematika siswa,
maka dilakukan pengelompokan. Pengelompokan tersebut dilakukan ke dalam 5
kategori: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah. Pedoman
pengkategorian hasil belajar siswa yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis dengan menggunakan
statistik deskriptif.
1)
Rata-rata
Mean
...............
2)
Persentase
(%) nilai rata-rata
Di mana :
P : Angka persentase
f : Frekuensi yang di
cari persentasenya
N
:
Banyaknya sampel responden.
Untuk
mengukur tingkat penguasaan materi maka dilakukanlah kategorisasi yang terdiri
dari sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.
Untuk
melakukan kategorisasi maka kita menggunakan rumus sebagai berikut:
a). Sangat tinggi =
MI + (1,8 x STDEV Ideal) s/d Nilai Skor
Maksimum
Maksimum
b). Tinggi = MI + (0,6 x STDEV Ideal) s/d MI + (1,8 x
STDEV Ideal)
c). Sedang =
MI – (0,6 x STDEV Ideal) s/d MI + (0,6 x STDEV Ideal)
d). Rendah = MI – (1,8 x STDEV Ideal) s/d MI –
(0,6 x STDEV Ideal)
e). Sangat Rendah =
Nilai Skor Minimum s/d MI – (1,8 x STDEV Ideal).
Keterangan :
Ø MI = Mean Ideal,
Rumus MI =
Ø STDEV Ideal = Standar Deviasi Ideal,
Rumus STDEV Ideal=
2. Statistik inferensial
Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian dengan menggunakan uji-t dengan data berbeda. Namun
sebelumnya dilakukan terlebih dahulu uji normalitas. Data penelitian ini
dianalisis menggunakan program SPSS 21.0 . Untuk keperluan pengujian hipotesis,
maka terlebih dahulu dilakukan pengujian dasar yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas varians.
a.
Uji Normalitas
Data
Uji
nomalitas data dimaksudkan apakah data-data yang digunakan berdistribusi normal
atau tidak. Pengujian ini juga dilakukan untuk mengetahui data yang akan yang
diperoleh akan diuji dengan statistik parametrik atau satatistik nonparametrik.
Untuk pengujian tersebut digunakan rumus Chi-kuadrat
yang dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
χ2 = Nilai Chi-kuadrat hitung
Oi = Frekuensi hasil pengamatan
Ei = Frekuensi harapan
K =
Banyaknya kelas.
Kriteria
pengujian normal bila χ2hitung
lebih kecil dari χ2tabel di mana χ2tabel diperoleh
dari daftar χ2 dengan dk =
(k-1) pada taraf signifikansi α = 0,05. maka data tersebut berdistribusi
normal.
b. Uji
Homogenitas
Uji homogenitas adalah uji yang dilakukan untuk
melihat apakah data pada kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen.
Untuk melihat perhitungan pada uji homogenitas, maka digunakan rumus sebagai
berikut:
Kriteria pengujian homogenitas ini adalah jika
, maka data dari kedua kelompok berasal
dari populasi yang homogen, sedangkan jika
, maka data dari kedua kelompok berasal
dari populasi yang tidak homogen.
c.
Uji Hipotesis
Pengujian
hipotesis dimaksudkan untuk menjawab hipotesis yang telah diajukan. Pengujian
hipotesis dengan menggunkan uji t dikarenakan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini kurang dari 30 ( n
Pengujian hipotesis data tes hasil belajar
siswa dianalisis dengan menggunakan uji
independent
sampel t-test dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan
:
= Nilai rata-rata kelompok perlakuan
= Nilai rata-rata kelompok kontrol
= Variansi kelompok perlakuan
= Variansi kelompok kontrol
= Jumlah sampel kelompok perlakuan
= Jumlah sampel kelompok kontrol
Hipotesis
penelitian akan di uji dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
1)
Jika t hitung
t
table maka H0 ditolak, berarti model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS efektif dalam meningkatkan
hasil belajar siswa kelas VIII MTs.
Muhammadiyah Palleko, Kab. Takalar.
2)
Jika t hitung
t
table maka H0 diterima, berarti model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS tidak
efektif dalam meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VIII MTs. Muhammadiyah Palleko, Kab. Takalar.
Selain itu, adapun cara untuk melihat efektivitas model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS adalah dengan rumus efesiensi relatif, dengan rumus sebagai berikut :
Efesiensi
relatif
2 terhadap
1 dirumuskan:
R(
2,
1 ) =
atau
Keterangan :
R = efesiensi relatif
1 = Penduga 1
2 = Penduga 2
E = Tidak bias
Var
1 = Variansi
penduga 1
Var
2 = variansi
penduga 2
Jika, R > 1, secara relatif
2 lebih efisien daripada
1, sebaliknya jika R
1, secara
relatif
1 lebih efisien daripada
2.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD dengan Bantuan LKS
Pertemuan pertama
berlangsung pada tanggal 27 oktober 2014 selama 2 jam pelajaran (80 menit).
Pertemuan pertama merupakan perkenalan dengan peserta didik sekaligus
memberikan tes awal (pre-test) yang
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar matematika peserta didik
sebelum penggunaan model mpembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS.
Pre-test berlangsung selama 2 x 30
menit, kemudian disisa waktu yang ada peneliti mulai memberikan gambaran
tentang materi yang akan dipelajari dan membagi kelompok yang terdiri dari 4-5
orang siswa.
Pertemuan kedua berlangsung pada tanggal 30 Oktober 2014
selama 2 jam pelajaran (80 menit). Pada pertemuan kedua ini peneliti mulai
memberikan materi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan bantuan LKS pada kelas eksperimen. Dalam penelitian ini, langkah-langkah
pembelajaran yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
1.
Peneliti membuka
pembelajaran dengan memberi salam, menanyakan kabar dan menyiapkan kelas
sekaligus menyuruh siswa untuk duduk dengan teman kelompoknya.
2.
Peneliti
menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
3.
Peneliti mulai
menjelaskan materi kepada siswa
4.
Setelah
menjelaskan materi, peneliti memberikan lembar kerja siswa pada tiap-tiap
kelompok untuk dikerjakan secara berkelompok.
5.
Peneliti
mengawasi dan membantu siswa yang kesulitan dalam menjawab soal yang diberikan.
6.
Peneliti
memberikan evaluasi secara individu tentang materi yang telah di jelaskan
Pertemuan
ketiga dan keempat sama dengan pertemuan kedua, hanya materi yang diberikan
kepada siswa berlanjut dari materi sebelumnya sehingga siswa tidak ketinggalan
materi pelajaran.
Pertemuan kelima yang berlangsung
pada tanggal 10 Nopember 2014 merupakan pertemuan terakhir dimana peneliti
memberikan tes akhir (post-test) dengan waktu 2 x 30 menit.
B.
Hasil
Penelitian
1.
Deskripsi
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah Palleko Kab.Takalar
yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Bantuan LKS
Data hasil belajar matematika kelas eksperimen dapat
dirangkum pada tabel berikut.
Tabel 4.4: Nilai Statistik Deskriptif
Hasil Pre-Test dan Post-Test pada Kelas Eksperimen
Statistik
|
Nilai
Statistik
|
|
Pre-Test
|
Post-Test
|
|
Sampel
|
18
|
18
|
Nilai
Terendah
|
46
|
65
|
Nilai
Tertinggi
|
73
|
85
|
Nilai
rata-rata (
)
|
59.16
|
75.61
|
Standar
Deviasi
|
6.08
|
6.71
|
Berdasarkan tabel di atas maka dapat
diketahui bahwa:
a) Pre-Test
Kelompok Eksperimen
Skor tertinggi yang diperoleh sebelum
perlakuan pada kelas eksperimen adalah 73, sedangkan skor terendah adalah 46,
dengan skor rata-rata 59,16
b) Post-Test
Kelompok Eksperimen
Skor tertinggi yang diperoleh setelah perlakuan pada
kelas eksperimen adalah 85, sedangkan skor terendah adalah 65, dengan skor
rata-rata 75,61
Berdasarkan hasil pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen diperoleh nilai rata-rata
hasil belajar matematika meningkat secara
signifikan setelah dilakukan perlakuan, yakni nilai rata-rata pre-test adalah 59,16, sedangkan nilai rata-rata post-test adalah 75,61. dengan selisih sebanyak 16,45.
Jika hasil belajar peserta didik dikelompokkan dalam kategori sangat
rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi akan diperoleh frekuensi dan
persentase setelah dilakukan pre-test
dan post-test dimana dimasukkan ke dalam kategori kelompok sebagai berikut:
Tabel 4.5: Tabel
Kategorisasi Pre-test kelas eksperimen
Hasil Belajar
|
Kategori
|
Pre-test kelompok eksperimen
|
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
||
Sangat Rendah
|
0
|
0
|
|
Rendah
|
0
|
0
|
|
Sedang
|
11
|
61,11
|
|
Tinggi
|
7
|
38,89
|
|
Sangat Tinggi
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
18
|
100
|
Tabel 4.6: Tabel
Kategorisasi Post-test kelas eksperimen
Hasil Belajar
|
Kategori
|
Post-test kelompok eksperimen
|
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
||
Sangat Rendah
|
0
|
0
|
|
Rendah
|
0
|
0
|
|
Sedang
|
0
|
0
|
|
Tinggi
|
14
|
77,78
|
|
Sangat Tinggi
|
4
|
22,22
|
|
Jumlah
|
18
|
100
|
2.
Deskripsi
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah Palleko Kab.Takalar
yang tidak Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Bantuan
LKS
Data hasil belajar matematika kelas
kontrol dapat dirangkum pada tabel berikut.
Tabel 4.11: Nilai Statistik Deskriptif
Hasil Pre-Test dan Post-Test pada Kelas Kontrol
Statistik
|
Nilai
Statistik
|
|
Pre-Test
|
Post-Test
|
|
Sampel
|
16
|
16
|
Nilai
Terendah
|
43
|
48
|
Nilai
Tertinggi
|
65
|
75
|
Nilai
rata-rata (
)
|
54,56
|
58,25
|
Standar
Deviasi
|
7.87
|
6.82
|
Berdasarkan
tabel di atas maka dapat diketahui bahwa:
a) Pre-Test
Kelompok Kontrol
Skor tertinggi yang diperoleh sebelum
perlakuan pada kelas kontrol adalah 65, sedangkan skor terendah adalah 43,
dengan skor rata-rata 54,56
b) Post-Test
Kelompok Kontrol
Skor tertinggi yang diperoleh setelah perlakuan pada
kelas kontrol adalah 75, sedangkan skor terendah adalah 48, dengan skor
rata-rata 58,25
Berdasarkan hasil pre-test dan post-test pada kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata
hasil belajar matematika meningkat namun
tidak signifikan setelah dilakukan perlakuan, yakni nilai rata-rata pre-test adalah 54,56, sedangkan nilai rata-rata post-test adalah 58,25, dengan selisih sebanyak 3,69.
Jika hasil belajar peserta didik dikelompokkan dalam kategori sangat
rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi akan diperoleh frekuensi dan
persentase setelah dilakukan pre-test
dan post-test dimana dimasukkan ke dalam kategori kelompok sebagai berikut:
Tabel 4.12: Tabel
Kategorisasi Pre-test kelas kontrol
Hasil Belajar
|
Kategori
|
Pre-test kelompok kontrol
|
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
||
Sangat Rendah
|
0
|
0
|
|
Rendah
|
0
|
0
|
|
Sedang
|
13
|
81,25
|
|
Tinggi
|
3
|
18,75
|
|
Sangat Tinggi
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
18
|
100
|
Tabel 4.13: Tabel
Kategorisasi Post-test kelas kontrol
Hasil Belajar
|
Kategori
|
Post-test kelompok kontrol
|
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
||
Sangat Rendah
|
0
|
0
|
|
Rendah
|
0
|
0
|
|
Sedang
|
12
|
75
|
|
Tinggi
|
4
|
25
|
|
Sangat Tinggi
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
16
|
100
|
3.
Perbandingan
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII MTs.Muhammadiyah Palleko Kab.Takalar
yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Bantuan LKS dan
yang tidak Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Bantuan
LKS
Berdasarkan
perhitungan sebelumnya diketahui bahwa rata-rata hasil belajar matematika pada
kelas eksperimen yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan bantuan LKS adalah 59,16 untuk pre-test dan 75,61 untuk
post-test. Sedangkan rata-rata hasil belajar matematika pada kelas kontrol yang
tidak diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
bantuan LKS adalah 54,56 untuk pre-test dan 58,25 untuk post-test.
Gambar
4.1: Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
C.
Efektivitas
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Bantuan LKS Terhadap Peningkatan
Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas VIII MTs.Muhammadiyah Palleko
1. Uji
Normalitas
Pengujian normalitas data digunakan
untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak.
Pengujian normalitas dilakukan pada data hasil post-test kedua sampel
tersebut, yaitu post-test kelompok kontrol dan post-test kelompok
eksperimen. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Chi-kuadrat
(uji 𝜒2).Pengujian
normalitas pertama dilakukan pada kelas eksperimen dengan taraf signifikan yang
ditetapkan sebelumnya adalah 0,05, dengan derajat kebebasan = k-1.
Berdasarkan
perhitungan bahwa hasil uji normalitas untuk post-test kelas eksperimen adalah
0,314 > 0,05, sedangkan hasil uji normalitas untuk post-test kelas kontrol
adalah 0,768 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data post-test kelas
eksperimen dan data post-test kelas kontrol berdistribusi normal.
2. Uji
Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk meihat apakah data pada
kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen.Hipotesis untuk uji homogenitas
adalah sebagai berikut:
a. Uji
homogenitas kedua kelas pada pretest
Karena
yaitu 1,67 < 2,27, maka kedua data kelompok
tersebut berasal dari populasi yang homogen.
b. Uji
homogenitas kedua kelas pada posttest
Karena
yaitu 1,03 < 4,41, maka kedua data kelompok
tersebut berasal dari populasi yang homogen.
3. Pengujian
Hipotesis
Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji t-test dengan sampel independen.
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui dugaan sementara yang
dirumuskan oleh penulis:
Ho :
melawan
Ho : Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan bantuan LKS tidak efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika
siswa kelas VIII MTs.Muhammadiyah Palleko Kabupaten Takalar
H1 : Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan bantuan LKS efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa
kelas VIII MTs.Muhammadiyah Palleko Kabupaten Takalar
: Rata-rata hasil belajar matematika
peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
bantuan LKS
: Rata-rata hasil hasil belajar matematika
peserta didik yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan bantuan LKS
Analisis
yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah uji sign (uji t),
Sebelum dilakukan uji-t telah diketahui rata-rata kelas eksperimen X1= 75,61dan rata-rata kelas
kontrol X2= 58,25. Variansi Sampel Kelas Eksperimen (
) = 45,02, Variansi Sampel Kelas Kontrol
= 46,51.
t =
=
=
=
=
= 7,48
Berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t, hipotesis yang
diajukan adalah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS tidak efektif dalam meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas VIII MTs.Muhammadiyah Palleko Kabupaten Takalar
Kriteria pengujian hipotesis yaitu:
- Ho ditolak jika t hitung > t tabel.
-
Ho diterima jika t hitung < t tabel.
Berdasarkan pengolahan data diatas
maka dapat diketahui t-hitung = 7,48 dan t-tabel = 1,69. Karena t-hitung >
t-tabel (7,48 > 1,69) maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak. Jadi terdapat
perbedaan hasil belajara antara siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS siswa yang tidak diajar
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS
pada kelasVIII MTs.Muhammadiyah Palleko Kabupaten Takalar.
Adapun cara untuk melihat efektivitas model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS pada siswa kelas VIII MTs.Muhammadiyah
Palleko Kabupaten Takalar adalah dengan rumus efesiensi relatif, dengan rumus sebagai berikut :
Efesiensi
relatif
2 terhadap
1 dirumuskan:
R(
2,
1 ) =
atau
=
= 0,96
Dari
uraian rumus di atas diketahui R
1, yaitu 0,96 < 1 yang berarti secara
relatif
1 lebih efisien
daripada
2.
Dimana:
Var
1 = variansi
sampel kelas eksperimen
Var
2 = variansi
sampel kelas kontrol
D.
Pembahasan
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada kelas eksperimen yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS dan kelas kontrol yang tidak diajar
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS
pada siswa kelas VIII MTs.Muhammadiyah Palleko Kab.Takalar, diperoleh hasil
sebagai berikut:
Lebih rendahnya rata-rata nilai hasil hasil belajar
matematika peserta didik pada kelas yang diajar yang tidak menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS dikarenakan tidak adanya alat atau
media yang dapat membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan
oleh guru.
Karena hanya dengan contoh soal yang telah ditulis sebelumnya dirasa masih
kurang untuk mendukung pengetahuan siswa dalam menyelesaikan soal. Sehingga
mempengaruhi hasil belajar siswa, dimana hasil belajar matematika siswa yang
diajar dengan tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
bantuan LKS hanya memiliki rata-rata 58,25, nilai ini termasuk ke dalam
kategori sedang. Hal ini juga diperkuat oleh lembar observasi yang menunjukkan
bahwa aktivitas belajar siswa kurang aktif dan kurang efektif.
Berbeda dengan peserta didik yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
bantuan LKS, mereka memperoleh rata-rata kemampuan pecahan masalah
matematika yang tinggi. Hal ini disebabkan karena dalam
pembelajaran mereka mempunyai alat
atau media pendukung yaitu LKS (Lembar Kerja Siswa) yang dapat membantu
memudahkan menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Di dalam LKS juga
terdapat sedikit materi pokok, contoh soal dan soal latihan yang berguna
melatih siswa dalam mengerjakan soal yang hampir sama dengan soal ulangan.
Sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, dimana hasil belajar
matematika yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan bantuan LKS memiliki rata-rata 75,61, nilai ini termasuk ke dalam
kategori tinggi. Hal ini juga diperkuat oleh lembar observasi yang menunjukkan
bahwa aktivitas belajar siswa cukup aktif dan cukup efektif.
Kedua
pernyataan di atas didukung oleh hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan
uji t-test sampel independen dan uji efesiensi relatif, yang mengatakan bahwa
siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatatif tipe STAD
dengan bantuan LKS lebih efektif daripada yang tidak diajar dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS dalam meningkatkan
hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs.Muhammadiyah Palleko Kabupaten
Takalar.
Berdasarkan
kajian pustaka yang dijelaskan sebelumnya bahwa belajar kooperatif menekankan
pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua
anggota kelompok dapat menguasai materi. Tujuan belajar kooperatif adalah
memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan
pemahaman baik secara individu maupun
secara kelompok.
Hal
ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Norma Eralita dengan
judul penelitian “efektivitas model pembelajaran kooperatif metode student teams achievement divisions
(STAD) dan team assisted
individualization (TAI) dilengkapi LKS terhadap prestasi dan motivasi
belajar siswa pada materi pokok koloid kelas XI SMAN Kebakkramat”, yang
mengatakan bahwa model kooperatif tipe STAD yang dilengkapi LKS lebih efektif
dalam meningkatkan prestasi dan motivasi belajar di bandingkan model TAI yang
dilengkapi LKS.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka diperoleh beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Rata-rata
hasil belajar matematika siswa kelas
VIII MTs.Muhammadiyah Palleko Kab.Takalar yang tidak menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS pada kelas kontrol adalah 58,25, dimana
rata-rata hasil sebelum dilaksanakan pembelajaran adalah 54,56. Dengan
demikian, persentase peningkatan pada
rata-rata hasil belajar yaitu mencapai 6,76%.
2. Rata-rata
hasil belajar matematika siswa kelas
VIII MTs.Muhammadiyah Palleko Kab.Takalar yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS pada kelas eksperimen adalah 75,61, dimana
rata-rata hasil sebelum dilaksanakan pembelajaran adalah 59,16. Dengan
demikian, persentase peningkatan pada
rata-rata hasil belajar yaitu mencapai 27,80%.
3. Penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS efektif dalam
meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada kelas VIII MTs.Muhammadiyah
Palleko Kab.Takalar. Hal ini dapat dilihat pada rata-rata hasil belajar pada
kelas kontrol = 58,25 dan kelas eksperimen = 75,61, sehingga dapat terlihat jelas bahwa tejadi
peningkatan rata-rata hasil belajar peserta didik pada kelas yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS. Hal ini dapat diperkuat
dengan hasil dari efisiensi relatif dan analisis statistik inferensial (uji-t),
dimana t hitung > t tabel (7,48 > 1,69).
DAFTAR
PUSTAKA
Amran YS Chaniago. Kamus Lengkap Bahas Indonasia. Bandung: Pustaka Setia, 2002.
Arikunto,
Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Candiasa. “Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD dan Kemampuan Abstraksi Terhadap Prestasi Belajar Matematika
Siswa”. Vol. 4 (2014): h. 1-11
Danim, Sudarwan. Pengantar Kependidikan. Bandung : Alfabeta, 2011.
Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan
(Kuantitatif & Kualitatif). Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Eralita Norma. “Efektivitas
model pembelajaran kooperatif metode student
teams achievement divisions (STAD) dan team
assisted individualization (TAI) dilengkapi LKS terhadap prestasi dan
motivasi belajar siswa pada materi pokok koloid kelas XI SMAN Kebakkramat”,vol.
1. No. 1 (2012): hal. 59-66
Faturrohman. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Prestasi
Pustakarya, 2012.
Fitriana
Laila. “Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative
Tipe Group Investigation (GI) dan
STAD Terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kemadirian Belajar Siswa”. (2010): h. 1-114
Hadjar, Ibnu. Dasar-Dasar
Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.
Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2001.
Hernanta, Iyan. Ilmu
Kedokteran Lengkap tentang Neurosains.Yogyakarta : D-Medika, 2013.
Ihsan, Fuad. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2003.
Johnson David W. “ Cooperative Learning Methods: A Meta-Analysis”. (2000): h. 1-17
Karyasa
Wayan. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan LKS
Terhadap Pemahaman Konsep Kimia Ditinjau dari Motivasi Berprestasi”. Vol. 3.
(2013): hal. 1-13
Manfaat,
Budi. Membumikan Matematika dari Kampus
ke Kampung. Cirebon : Eduvision Publishing,
2010.
Maonde Faad. “The
Discrepancy of Students’ Mathematic Achievement through Cooperative Learning
Model, and the ability in mastering Languages and Science”. Vol. 3. No. 1 (2015): 141-158
Muhammad, Arif
tiro. Dasar-Dasar Statistika.
Makassar: Andira Publisher, 2008.
Muijs, Daniel. Effective Teaching : Teori dan Aplikasinya, diterjemahkan
oleh Drs. Helly PrajitnoSoetjipto, M.A.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008.
Prastowo,
Andi. Pengembangan Bahan Ajar Tematik
Tinjauan Teoretis dan Praktik. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group, 2014.
Putro,
Eko Widoyoko. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2013.
Riyanto,
Yatim. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Penerbit SIC, 2001.
Rusman. Model-Model
Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010.
Rusman. Model-Model
Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013.
Schmidt Henk G.
“Effect of worksheet scaffolds on student
learning in problem-based learning”. (2011): h. 517-528
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta, 2010.
Soedjadi,
Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia.
Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, 2000.
Sudjana, Nana. Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004.
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D).
Bandung: Alfabeta, 2013.
Toman
Ufuk. “Extended Worksheet Develoved According to 5E Medel Based On
Constructivist Learning Approach”. Vol. 4. No.4 (2013): h. 173-183
Trianto. Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2011.
Wati Yuni Pratama dan Ismono.
“ Development
Of Chemistry Student Worksheet On Main Material
Acid, Base, and Salt With Science Process Skills Orientation For Pioneering
International Standard Junior High School”. Vol. 1. No.1 (2012): h. 235-243
Yusuf Muhammad. “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui
Lembar Kerja Siswa (LKS) Interaktif Berbasis Komputer di SMA Muhammadiyah 1 Palembang”.
Vol. 4. No. 2 (2010): h. 34-44
RIWAYAT
HIDUP
Istiqfar,
lahir di Pattallassang Kabupaten Takalar pada tanggal 21 januari 1994. Anak
dari pasangan suami istri Hasanuddin,A.MA.Pd dan St.Hj.Kartini, S.Ag. Ayah
bekerja sebagai guru penjas di SD (PNS), dan Ibu pun bekerja sebagai guru agama
di SD (PNS). Anak ketiga dari 3 bersaudara, kakak pertama bekerja sebagai
pegawai LAPAS sedangkan kakak kedua bekerja sebagai mahasiswa (kuliah) di
STIKES.
Pendidikan
formal berturut-turut di selesaikan di SD Inpres Bontorita pada tahun 2005,
kemudian melanjutkan sekolah di MTs.Manongkoki dan selesai pada tahun 2008,
lalu melanjutkan sekolah di SMA Negeri 3 Takalar dan selesai pada tahun 2011,
dan sekarang menyelesaikan S1 di UIN Alauddin Makassar, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan , Jurursan Pendidikan Matematika.
No comments:
Post a Comment