Monday, 25 January 2016

skripsi matematika:efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD



EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN BANTUAN LKS TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA KELAS VIII MTs. MUHAMMADIYAH PALLEKO KABUPATEN TAKALAR

ISTIQFAR
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Alauddin Makassar

Skripsi ini membahas tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS terhadap peningkatan hasil belajar matematika dengan permasalahan, (1) Bagaimana hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs.Muhammadiyah Palleko yang diajar tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS, (2) Bagaimana hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs.Muhammadiyah Palleko yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS, (3) Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS ini efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs.Muhammadiyah Palleko. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Hasil belajar matematika siswa yang diajar tidak menggunakan  model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS, (2) Hasil Hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS, (3) model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa VIII MTs.Muhammadiyah Palleko.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi experiment dengan desain penelitian non-equivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII MTs Muhammadiyah Palleko yang berjumlah 35 peserta didik terdiri atas kelas  VIII1,  dan VIII2,. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh. Sampelnya adalah seluruh kelas VIII1 dan kelas VIII2, dimana kelas eksperimen dipilih kelas VIII1 dan kelas kontrol dipilih kelas VIII2. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik berupa tes dengan menggunakan soal essay sebanyak 5 item. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.
Berdasarkan hasil analisis deskriktif diperoleh rata-rata dari kedua kelompok tersebut, yaitu kelas eksperimen sebelum perlakuan (pre-test) sebesar 59,16 dan setelah perlakuan sebesar (posstest) 75,61, kelas kontrol rata-rata pre-test nya 54,56 dan rata-rata post-test nya sebesar 58,25. Sedangkan berdasarkan hasil efisiensi relatif dan analisis inferensial dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs.Muhammadiyah Palleko Kab.Takalar.
KATA KUNCI: Hasil Belajar Matematika, Model Kooperatif Tipe STAD


LATAR BELAKANG
            Pendidikan adalah suatu proses mengembangkan sikap dan tingkah laku seorang individu untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal. Seperti yang disebutkan dalam Dictionary Of Education, bahwa pendidikan adalah proses di mana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya pengaruh yang berasal dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum.
Pendidikan merupakan hubungan antar pribadi pendidik dan anak didik. Dalam pergaulan terjadi kontak atau komunikasi antara masing-masing pribadi. Hubungan ini jika meningkat ke taraf hubungan pendidikan, maka menjadi hubungan antara pribadi pendidik dan pribadi si anak didik, yang pada akhirnya melahirkan tanggung jawab pendidikan dan kewibawaan pendidikan. Pendidik bertindak demi kepentingan dan keselamatan anak didik, dan anak didik mengakui kewibawaan pendidik dan bergantung padanya
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dilihat bahwa pendidikan adalah hubungan antar pribadi pengajar dan pelajar dalam berkomunikasi untuk melahirkan suatu tanggung jawab pendidikan dan kewibawaan pendidikan.
ô`¨Br& uqèd ìMÏZ»s% uä!$tR#uä È@ø©9$# #YÉ`$y $VJͬ!$s%ur âxøts notÅzFy$# (#qã_ötƒur spuH÷qu ¾ÏmÎn/u 3 ö@è% ö@yd ÈqtGó¡o tûïÏ%©!$# tbqçHs>ôètƒ tûïÏ%©!$#ur Ÿw tbqßJn=ôètƒ 3 $yJ¯RÎ) ㍩.xtGtƒ (#qä9'ré& É=»t7ø9F{$# ÇÒÈ  
9. (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:     "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.(Az – Zumar : 9)
Dalam surah Az-zumar ayat 9 di atas dijelaskan bahwa hanya orang-orang yang memiliki akal dan takut kepada azab Allah yang bisa menerima pelajaran, sedangkan orang yang musyrik dan tidak berakal tidak bisa menerima pelajaran.
Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidikan untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisien dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik.
Belajar secara kooperatif atau berkelompok dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa, dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat belajar lebih banyak dari teman mereka daripada guru, karena interkasi yang terjadi dalam belajar kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Pembelajaran dengan model kooperatif dapat meningkatkan kemampuan bekerjasama, berinteraksi serta dapat bertukar pendapat dan bersama-sama menyelesaikan suatu permasalahan.
Pada mata pelajaran matematika siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal matematika apabila mengerjakan sendiri atau secara individu. Siswa cenderung ingin mengerjakan soal matematika dengan temannya karena bisa saling bertukar jawaban atau bersama-sama menyelesaikan soal-soal matematika tersebut.
Sebagaimana uraian di atas, seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa hendaknya selektif memilih model pembelajaran dan strategi mengajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa melakukan kegiatan belajar mengajar dengan baik dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah pembelajaran model kooperatif.
Terdapat beberapa macam pembelajaran model kooperatif, yaitu tipe Student Teams Achievement Division (STAD), tim ahli (Jigsaw), Groups Investigation (GI), Think Pair Share (TPS), Numbered Head Together (NHT), dan Team Games Tournament (TGT). Berdasarkan tipe-tipe model pembelajaran kooperatif yang disebutkan di atas, peneliti mengambil model pembelajaran kooperatif tipe STAD, karena model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model kooperatif yang paling baik digunakan bagi para pengajar pemula yang menggunakan model pembelajaran kooperatif. Namun peneliti menambahkan suatu elemen lain yaitu lembar kerja siswa (LKS) untuk membantu memudahkan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik ingin melakukan penelitian   untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Adapun judul penelitian yang akan dilakukan adalah “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Bantuan LKS Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Kelas VIII MTs. Muhammadiyah Palleko Kab. Takalar ”.



RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan dari latar belakang di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs. Muhammadiyah Palleko yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS?
2.      Bagaimanakah hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs. Muhammadiyah Palleko yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS?
3.      Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS ini efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah Palleko?
TUJUAN PENELITIAN
            Berdasarkan dari rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs. Muhammadiyah Palleko yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS.
2.      Mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs. Muhammadiyah Palleko yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS.
3.      Mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS ini efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah Palleko.

TINJAUAN TEORITIS
A.       Hasil Belajar Matematika
1.      Hakikat Belajar
            Sebelum melaksanakan pembelajaran, seorang pengajar hendaknya mengetahui apa sebenarnya belajar itu, sejak kapan manusia belajar, dan bagaimana belajar terjadi? Secara sederhana Anthony Robbins dalam bukunya Trianto, mendefenisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari defenisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu: (1) menciptakan hubungan, (2) sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah dipahami, dan (3) sesuatu hal (pengetahuan) yang baru. Jadi dalam makna belajar, di sini bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar belum diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan yang baru.
2.      Belajar
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah :
a.       Kognitif, yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
b.      Afektif, yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.
c.       Psikomotorik, yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.
3.      Hasil Belajar
            Kata hasil dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sesuatu yang diadakan oleh usaha. Berdasarkan kamus lengkap bahasa indonesia, hasil adalah sesuatu yang menjadi akibat dari usaha. Jadi hasil adalah hal-hal yang ditimbulkan atau dimunculkan sebagai akibat dari sebuah usaha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil adalah sesuatu yang diperoleh atau diraih oleh seseorang  dari suatu usaha yang dilakukan
            Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : . Keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengarahan, serta sikap dan cita-cita. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
            Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa. Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti hasil belajar siswa di sekolah 70 % dipengaruhi oleh  kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran. Hasil belajar tidak hanya berasal dari sejauh mana siswa tersebut menguasai materi, tetapi juga berasal dari lingkungannya.
4.      Matematika
Matematika berasal dari kata mathema dalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai sains, ilmu pengetahuan atau belajar. Juga dari kata mathematikos yang diartikan sebagai suku belajar. Matematika adalah kumpulan konsep yang mempunyai struktur sistematis, urut dengan alur logika yang jelas dan mempunyai hirarki antara 1 konsep dengan yang lain, maksudnya antara 1 konsep dengan konsep yang lain saling menunjang dan berhubungan. Jadi, dalam belajar matematika harus diketahui yang awal untuk menyelesaikan masalah pada konsep selanjutnya.
Beberapa defenisi atau pengertian tentang matematika yaitu :
a.       Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik
b.      Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi
c.       Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logic dan berhubungan dengan bilangan
d.      Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk
e.       Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur logic
f.       Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Mempelajari materi-materi matematika tidak cukup hanya dipelajari dengan membaca saja. Suatu teorema, dalil, sifat ataupun suatu defenisi untuk dapat memahaminya memerlukan waktu dan ketekunan. Jika perlu materi matematika sering kali kita terpaksa harus berulang-ulang membacanya sehingga memahami maknanya padahal tidak jarang hanya terdiri dari satu kalimat saja. Memahami konsep matematika perlu memperhatikan konsep-konsep sebelumnya. Matematika tersusun secara hirearki yang satu sama lain berkaitan erat. Konsep lanjutan tidak mungkin dapat dipahami sebelum memahami dengan baik konsep sebelumnya yang menjadi prasyarat.
B.       Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif merupakan merupakan salah satu bidang paling luas dan bermanfaat bagi teori, penelitian, dan praktek dalam pendidikan. Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan pemnghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.
            Cooperative learning adalah teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang. Belajar cooperative adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut.
            Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam. Sementara itu, banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial. Situasi ini dibuktikan dengan begitu sering pertikaian kecil antara individu dapat mengakibatkan tindak kekerasan atau betapa sering orang menyatakan ketidakpuasan pada saat diminta untuk bekerja dalam situasi kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja. Namun, siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan, kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antaranggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antaranggota kelompok selama kegiatan.
Tabel 2.1. langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Fase
Kegiatan Guru
Fase-1
Manyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersbut dan memotivasi siswa belajar.
Fase-2
Menyajikan/menyampikan informasi
Menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.
Fase-3
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase-4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase-5
Evaluasi
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6
Memberikan penghargaan
Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

C.       Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaikan materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
Menurut Nurasman dalam bukunya Rusman, menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran Kooperatif tipe STAD terdiri dari enam tahap :
1.      Penyampaian Tujuan dan Motivasi
            Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
2.      Pembagian Kelompok
            Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, rasa tau etnik.
3.      Presentasi dari Guru
            Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru member motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses  pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya.
4.      Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim)
            Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim merupakan cirri terpenting dari STAD.
5.      Kuis (Evaluasi)
            Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kuis secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut.
6.      Penghargaan Prestasi Tim
            Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0 – 100. Selanjutunya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut. Yaitu: (1) Menghitung skor individu. (2) Menghitung skor kelompok. (3) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok.
D.      Lembar Kerja Siswa
            LKS cetak atau biasa disebut pula dengan istilah Buku Kerja Siswa. LKS bukan merupakan “Lembar Kegiatan Siswa”, akan tetapi “Lembar Kerja Siswa”. LKS merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. Dalam LKS, siswa akan mendapatkan materi, ringkasan dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu, dalam LKS siswa dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan. Dalam LKS, siswa pada saat yang bersamaan diberi materi dan tugas yang berkaitan dengan materi tersebut.
            Lembar kerja siswa adalah alat instruksional yang terdiri dari serangkaian pertanyaan dan informasi yang dirancang untuk membimbing siswa untuk memahami ide-ide yang kompleks karena mereka bekerja melalui secara sistematis. Lembar kerja siswa yang terdiri dari bahan kegiatan siswa yang akan dilakukan saat belajar menulis topik dan juga akan memungkinkan siswa untuk mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri dengan langkah-langkah proses yang diberikan terkait dengan kegiatan tersebut.
Tujuan Lembar Kerja Siswa, antara lain:
a. Melatih siswa berfikir lebih mantap dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Memperbaiki minat siswa untuk belajar, misalnya guru membuat LKS lebih sistematis, berwarna serta bergambar untuk menarik perhatian dalam mempelajari LKS tersebut.
            Berdasarkan pengertian LKS tersebut, pada dasarnya sudah dapat diterka apa saja fungsinya dalam kegiatan pembelajaran. Namun lebih jelasnya berikut ini akan diungkapkan bahwa LKS mempunyai empat fungsi, yaitu: (1) LKS sebagi bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik namun lebih mengaktifkan siswa. (2) LKS sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan. (3) LKS sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih. (4) LKS memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa.
E.       Hasil Penelitian Yang Relevan
1.         Hasil penelitian yang dilakukan oleh Norma Eralita DKK dengan judul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan Team Assisted Individualization (TAI) dilengkapi LKS Terhadap Prestasi dan Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Koloid Kelas XI SMAN Kebakkramat”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut yang mengatakan bahwa penggunaan metode STAD yang dilengkapi LKS lebih efektif dibandingkan dengan metode TAI yang dilengkapi LKS pada materi pokok koloid terhadap prestasi dan motivasi belajar siswa.
2.         Hasil penelitian yang dilakukan oleh I Made Sudarsa DKK dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan LKS Terhadap Pemahaman Konsep Kimia Ditinjau dari Motivasi Berprestasi”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai pemahaman konsep kimia antara siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions berbantuan LKS, kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions tanpa LKS, dan model pembelajaran langsung pada kelompok siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan kelompok siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah.
3.         Hasil penelitian yang dilakukan oleh M. Candiasa DKK dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Kemampuan Abstraksi Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa:
a.      Terdapat perbedaan prestasi belajar matematika yang signifikan antara siswa yang belajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pembelajaran konvensional.
b.      Siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih tinggi dari siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

METODOLOGI PENELITIAN
A.       Jenis Penelitian
            Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka penelitian ini dikategorikan ke dalam penelitian eksperimen semu (Quasi Experimental). Desain eksperimental semu agak lebih baik dibanding desain pra-eksperimental, karena melakukan suatu cara untuk membandingkan kelompok.
B.       Desain Penelitian
            Desain penelitian yang digunakan adalah Non-equivalent Control Group Design. Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal apa perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen  adalah kelompok yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS dan kelompok kontrol adalah kelompok yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa bantuan LKS.
      O1    X    O2
      O3     -      O4


R   O3                 O4
 




                            Gambar 3.1 : Non-equivalent Control Group Design.
                                    Keterangan:
X = Perlakuan dengan pebelajaran model kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS
 -   = tanpa perlakuan
O1 = Hasil pre-test kelas eksperimen
O2 = Hasil post-test kelas eksperimen
O3 = Hasil pre-test kelas kontrol
O4 = Hasil post-test kelas kontrol

C.       Populasi dan Sampel Penelitian
1.    Populasi Penelitian
     Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs. Muhammadiyah Palleko tahun ajaran 2014-2015 yang terdiri dari dua kelas yang berjumlah 35 orang .
2.    Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs. Muhammadiyah Palleko tahun ajaran 2014-2015 yang terdiri dari dua kelas, yaitu kelas VIII.1 yang terdiri dari 19 orang siswa dan kelas VIII.2 yang terdiri dari 16 orang siswa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa yang menjadi sampel dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs. Muhammadiyah Palleko yang juga sebagai populasi dari penelitian ini, sehingga sampel penelitian ini termasuk dalam Sampling Jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi penelitian juga sebagai sampel penelitian.
D.       Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu, tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data.
1.    Tahap persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a.       Mengembangkan instrumen dan mengujicobakannya.
b.      Menganalisis hasil uji coba instrumen pembelajaran agar dihasilkan instrumen yang valid dan reliabel.
2.    Tahap pelaksanaan
Kegiatan pada tahap ini adalah:
a.       Memberi Pre-test untuk seluruh kelas yang diteliti.
b.      Melaksanakan pembelajaran berdasarkan pembagian perlakuan pada dua kelas yang valid dan reliabel.
c.       Memberi Post-test untuk seluruh kelas yang diteliti.
3.    Tahap analisis data
Kegiatan pada tahap ini adalah menganalisis data yang diperoleh dari tahap pelaksanaan.
E.       Instrumen Penelitian
            Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu tes. Tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar matematika siswa. Tes hasil belajar akan dikembangkan sendiri oleh peneliti yaitu tes akhir (Post-test). Tes berupa tes uraian yang terdiri dari 5 item pertanyaan. Tes yang akan dibuat kemudian akan dianalisis validitas dan reliabilitas.
F.       Validitas dan Reabilitas
     Validitas item (butir soal) dihitung untuk mengetahui seberapa jauh hubungan antara jawaban suatu butir soal dengan skor total yang telah ditetapkan. Secara umum, suatu butir soal dikatakan valid apabila memiliki dukungan yang besar terhadap skor total.
Dengan            x    = skor tertinggi butir soal
 y    = skor total
= koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total
     n     = banyaknya siswa yang mengikuti tes.
Nilai diinterpretasikan sebagai berikut.
Tabel 3.1: kriteria validitas butir soal Besarnya koefisien r Kategori
Besarnya koefisien r
Kategori
0,800 <  < 1,000
0,600 < < 0,800
0,400 <  < 0,600
0,200 < < 0,400
0,000 <  < 0,200
validitas butir tes sangat tinggi
validitas butir tes tinggi
validitas butir tes sedang
validitas butir tes rendah
validitas butir tes sangat rendah
            Dalam penelitian ini, butir tes dikatakan valid jika mempunyai validitas cukup, tinggi, atau sangat tinggi, sedangkan untuk butir-butir tes yang memiliki validitas rendah dan sangat rendah dikategorikan tidak valid dan dikeluarkan.

            Reliabilitas instrumen tes dihitung untuk mengetahui konsistensi hasil tes. Untuk menghitung reliabilitas perangkat tes ini digunakan rumus yang sesuai dengan bentuk tes uraian (essay), yaitu rumus alpha sebagai berikut:

dengan     : koefisien reliabilitas perangkat tes
   n       : banyaknya item tes
   Σ : jumlah varians skor setiap butir tes
                              : varians total
Interpretasi koefisien reliabilitas perangkat tes ini menggunakan klasifikasi seperti yang diberikan oleh Ornstein yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.2: kriteria reliabilitas instrumen
koefisien reliabilitas
Kategori
0,800  <  r
0,400 <  r < 0,800
              r  < 0,400
Derajat reliabilitasnya tinggi
Derajat reliabilitasnya sedang
Derajat reliabilitasnya rendah

G.      Teknik Analisis Data
1. Statistik deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar matematika yang diperoleh siswa baik pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Guna mendapatkan gambaran yang jelas tentang hasil belajar matematika siswa, maka dilakukan pengelompokan. Pengelompokan tersebut dilakukan ke dalam 5 kategori: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah. Pedoman pengkategorian hasil belajar siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah  analisis dengan menggunakan statistik deskriptif.
1)      Rata-rata Mean
                              ...............  
2)      Persentase (%)  nilai rata-rata
                       
 Di mana :           
      P : Angka persentase                 
       f : Frekuensi yang di cari persentasenya
N : Banyaknya sampel responden.
Untuk mengukur tingkat penguasaan materi maka dilakukanlah kategorisasi yang terdiri dari sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.
Untuk melakukan kategorisasi maka kita menggunakan rumus sebagai berikut:
a). Sangat tinggi           = MI + (1,8 x STDEV Ideal) s/d Nilai Skor
Maksimum
b). Tinggi                       = MI + (0,6 x STDEV Ideal) s/d MI + (1,8 x STDEV Ideal)
c). Sedang                     =  MI – (0,6 x STDEV Ideal) s/d MI + (0,6 x STDEV Ideal)
d). Rendah                    = MI – (1,8 x STDEV Ideal) s/d MI – (0,6 x STDEV Ideal)
e). Sangat Rendah        = Nilai Skor Minimum  s/d   MI – (1,8 x STDEV Ideal).
Keterangan :
Ø  MI            = Mean Ideal,

Rumus MI =
Ø   STDEV Ideal = Standar Deviasi Ideal,
Rumus STDEV Ideal=

2.   Statistik inferensial
Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan uji-t dengan data berbeda. Namun sebelumnya dilakukan terlebih dahulu uji normalitas. Data penelitian ini dianalisis menggunakan program SPSS 21.0 . Untuk keperluan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian dasar yaitu uji normalitas dan uji homogenitas varians.
a.         Uji Normalitas Data
Uji nomalitas data dimaksudkan apakah data-data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Pengujian ini juga dilakukan untuk mengetahui data yang akan yang diperoleh akan diuji dengan statistik parametrik atau satatistik nonparametrik. Untuk pengujian tersebut digunakan rumus Chi-kuadrat yang dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:
χ2  = Nilai Chi-kuadrat hitung
Oi  = Frekuensi hasil pengamatan
Ei   = Frekuensi harapan
  K   = Banyaknya kelas.
Kriteria pengujian normal bila χ2hitung  lebih kecil dari χ2tabel  di mana χ2tabel  diperoleh dari daftar χ2 dengan dk = (k-1) pada taraf signifikansi α = 0,05. maka data tersebut berdistribusi normal.
b.     Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah uji yang dilakukan untuk melihat apakah data pada kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen. Untuk melihat perhitungan pada uji homogenitas, maka digunakan rumus sebagai berikut:
Kriteria pengujian homogenitas ini adalah jika , maka data dari kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen, sedangkan jika , maka data dari kedua kelompok berasal dari populasi yang tidak homogen.
c.    Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk menjawab hipotesis yang telah diajukan. Pengujian hipotesis dengan menggunkan uji t dikarenakan sampel yang digunakan dalam penelitian ini kurang dari 30 ( n  Pengujian hipotesis data tes hasil belajar siswa dianalisis dengan menggunakan uji independent sampel t-test dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
= Nilai rata-rata kelompok perlakuan
= Nilai rata-rata kelompok kontrol
= Variansi kelompok perlakuan
= Variansi kelompok kontrol
= Jumlah sampel kelompok perlakuan
= Jumlah sampel kelompok kontrol
Hipotesis penelitian akan di uji dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
1)      Jika t hitung  t table maka H0 ditolak, berarti model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS efektif dalam meningkatkan hasil belajar  siswa kelas VIII MTs. Muhammadiyah Palleko, Kab. Takalar.
2)      Jika t hitung  t table maka H0 diterima, berarti model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS tidak efektif dalam meningkatkan hasil belajar  siswa kelas VIII MTs. Muhammadiyah Palleko, Kab. Takalar.

              Selain itu, adapun cara untuk melihat efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS adalah dengan rumus efesiensi relatif, dengan rumus sebagai berikut :
Efesiensi relatif 2 terhadap 1 dirumuskan:
                        R( 2, 1 ) =      atau  
                        Keterangan :
                        R  = efesiensi relatif
                        1 = Penduga 1
                        2 = Penduga 2
                        E  = Tidak bias
                        Var 1 = Variansi penduga 1
                        Var 2 = variansi penduga 2
                  Jika, R > 1, secara relatif 2 lebih efisien daripada 1, sebaliknya jika R  1, secara relatif 1 lebih efisien daripada 2.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Deskripsi Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Bantuan LKS
Pertemuan pertama berlangsung pada tanggal 27 oktober 2014 selama 2 jam pelajaran (80 menit). Pertemuan pertama merupakan perkenalan dengan peserta didik sekaligus memberikan tes awal (pre-test) yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar matematika peserta didik sebelum penggunaan model mpembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS. Pre-test berlangsung selama 2 x 30 menit, kemudian disisa waktu yang ada peneliti mulai memberikan gambaran tentang materi yang akan dipelajari dan membagi kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa.
          Pertemuan kedua berlangsung pada tanggal 30 Oktober 2014 selama 2 jam pelajaran (80 menit). Pada pertemuan kedua ini peneliti mulai memberikan materi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS pada kelas eksperimen. Dalam penelitian ini, langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
1.      Peneliti membuka pembelajaran dengan memberi salam, menanyakan kabar dan menyiapkan kelas sekaligus menyuruh siswa untuk duduk dengan teman kelompoknya.
2.      Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
3.      Peneliti mulai menjelaskan materi kepada siswa
4.      Setelah menjelaskan materi, peneliti memberikan lembar kerja siswa pada tiap-tiap kelompok untuk dikerjakan secara berkelompok.
5.      Peneliti mengawasi dan membantu siswa yang kesulitan dalam menjawab soal yang diberikan.
6.      Peneliti memberikan evaluasi secara individu tentang materi yang telah di jelaskan
            Pertemuan ketiga dan keempat sama dengan pertemuan kedua, hanya materi yang diberikan kepada siswa berlanjut dari materi sebelumnya sehingga siswa tidak ketinggalan materi pelajaran.
            Pertemuan kelima yang berlangsung pada tanggal 10 Nopember 2014 merupakan pertemuan terakhir dimana peneliti memberikan tes akhir (post-test) dengan waktu 2 x 30 menit.
B.       Hasil Penelitian
1.         Deskripsi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah Palleko Kab.Takalar yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Bantuan LKS
Data hasil belajar matematika kelas eksperimen dapat dirangkum pada tabel berikut.
Tabel 4.4: Nilai Statistik Deskriptif Hasil Pre-Test dan Post-Test pada Kelas Eksperimen
Statistik
Nilai Statistik
Pre-Test
Post-Test
Sampel
18
18
Nilai Terendah
46
65
Nilai Tertinggi
73
85
Nilai rata-rata ( )
59.16
75.61
Standar Deviasi
6.08
6.71
Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa:
a)      Pre-Test Kelompok Eksperimen
Skor tertinggi yang diperoleh sebelum perlakuan pada kelas eksperimen adalah 73, sedangkan skor terendah adalah 46, dengan skor rata-rata 59,16
b)      Post-Test Kelompok Eksperimen
Skor tertinggi yang diperoleh setelah perlakuan pada kelas eksperimen adalah 85, sedangkan skor terendah adalah 65, dengan skor rata-rata 75,61
Berdasarkan hasil  pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen diperoleh nilai rata-rata hasil belajar matematika meningkat secara signifikan setelah dilakukan perlakuan, yakni nilai rata-rata pre-test adalah 59,16, sedangkan nilai rata-rata post-test  adalah 75,61. dengan selisih sebanyak 16,45.
Jika hasil belajar peserta didik dikelompokkan dalam kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi akan diperoleh frekuensi dan persentase setelah dilakukan pre-test  dan post-test  dimana dimasukkan ke dalam kategori kelompok sebagai berikut:
Tabel 4.5: Tabel Kategorisasi Pre-test kelas eksperimen
Hasil Belajar
Kategori
Pre-test kelompok eksperimen
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Rendah
0
0
Rendah
0
0
Sedang
11
61,11
Tinggi
7
38,89
Sangat Tinggi
0
0
Jumlah

18
100

Tabel 4.6: Tabel Kategorisasi Post-test kelas eksperimen
Hasil Belajar
Kategori
Post-test kelompok eksperimen
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Rendah
0
0
Rendah
0
0
Sedang
0
0
Tinggi
14
77,78
Sangat Tinggi
4
22,22
Jumlah

18
100
2.      Deskripsi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah Palleko Kab.Takalar yang tidak Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Bantuan LKS
Data hasil belajar matematika kelas kontrol dapat dirangkum pada tabel berikut.
Tabel 4.11: Nilai Statistik Deskriptif Hasil Pre-Test dan Post-Test pada Kelas Kontrol
Statistik
Nilai Statistik
Pre-Test
Post-Test
Sampel
16
16
Nilai Terendah
43
48
Nilai Tertinggi
65
75
Nilai rata-rata ( )
54,56
58,25
Standar Deviasi
7.87
6.82

                        Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa:
a)      Pre-Test Kelompok Kontrol
Skor tertinggi yang diperoleh sebelum perlakuan pada kelas kontrol adalah 65, sedangkan skor terendah adalah 43, dengan skor rata-rata 54,56
b)      Post-Test Kelompok Kontrol
Skor tertinggi yang diperoleh setelah perlakuan pada kelas kontrol adalah 75, sedangkan skor terendah adalah 48, dengan skor rata-rata 58,25
Berdasarkan hasil  pre-test dan post-test pada kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata hasil belajar matematika meningkat namun tidak signifikan setelah dilakukan perlakuan, yakni nilai rata-rata pre-test adalah 54,56, sedangkan nilai rata-rata post-test  adalah 58,25, dengan selisih sebanyak 3,69.
Jika hasil belajar peserta didik dikelompokkan dalam kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi akan diperoleh frekuensi dan persentase setelah dilakukan pre-test  dan post-test  dimana dimasukkan ke dalam kategori kelompok sebagai berikut:
Tabel 4.12: Tabel Kategorisasi Pre-test kelas kontrol
Hasil Belajar
Kategori
Pre-test kelompok kontrol
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Rendah
0
0
Rendah
0
0
Sedang
13
81,25
Tinggi
3
18,75
Sangat Tinggi
0
0
Jumlah

18
100

Tabel 4.13: Tabel Kategorisasi Post-test kelas kontrol
Hasil Belajar
Kategori
Post-test kelompok kontrol
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Rendah
0
0
Rendah
0
0
Sedang
12
75
Tinggi
4
25
Sangat Tinggi
0
0
Jumlah

16
100
3.      Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII MTs.Muhammadiyah Palleko Kab.Takalar yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Bantuan LKS dan yang tidak Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Bantuan LKS
            Berdasarkan perhitungan sebelumnya diketahui bahwa rata-rata hasil belajar matematika pada kelas eksperimen yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS adalah 59,16 untuk pre-test dan 75,61 untuk post-test. Sedangkan rata-rata hasil belajar matematika pada kelas kontrol yang tidak diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS adalah 54,56 untuk pre-test dan 58,25 untuk post-test.
Gambar 4.1: Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Matematika Kelas                                     Eksperimen dan Kelas Kontrol

C.      Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Bantuan LKS Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas VIII MTs.Muhammadiyah Palleko
1.      Uji Normalitas
            Pengujian normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan pada data hasil post-test kedua sampel tersebut, yaitu post-test kelompok kontrol dan post-test kelompok eksperimen. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Chi-kuadrat (uji 𝜒2).Pengujian normalitas pertama dilakukan pada kelas eksperimen dengan taraf signifikan yang ditetapkan sebelumnya adalah 0,05, dengan derajat kebebasan = k-1.
            Berdasarkan perhitungan bahwa hasil uji normalitas untuk post-test kelas eksperimen adalah 0,314 > 0,05, sedangkan hasil uji normalitas untuk post-test kelas kontrol adalah 0,768 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data post-test kelas eksperimen dan data post-test kelas kontrol berdistribusi normal.
2.      Uji Homogenitas
            Uji homogenitas bertujuan untuk meihat apakah data pada kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen.Hipotesis untuk uji homogenitas adalah sebagai berikut:

a.       Uji homogenitas kedua kelas pada pretest
Karena  yaitu 1,67 < 2,27, maka kedua data kelompok tersebut berasal dari populasi yang homogen.

b.      Uji homogenitas kedua kelas pada posttest
Karena  yaitu 1,03 < 4,41, maka kedua data kelompok tersebut berasal dari populasi yang homogen.
3.      Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji t-test dengan sampel independen. Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui dugaan sementara yang dirumuskan oleh penulis:
         Ho :   melawan

Ho     : Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS tidak efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs.Muhammadiyah Palleko Kabupaten Takalar
H1     : Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs.Muhammadiyah Palleko Kabupaten Takalar
      : Rata-rata hasil belajar matematika peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS
   : Rata-rata hasil hasil belajar matematika peserta didik yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS
Analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah uji sign (uji t), Sebelum dilakukan uji-t telah diketahui rata-rata kelas eksperimen X1= 75,61dan rata-rata kelas kontrol X2= 58,25. Variansi Sampel Kelas Eksperimen  ( ) = 45,02, Variansi Sampel Kelas Kontrol = 46,51.
          
t =
=
=
=
=
= 7,48
Berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t, hipotesis yang diajukan adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS tidak efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs.Muhammadiyah Palleko Kabupaten Takalar
 Kriteria pengujian hipotesis yaitu:
- Ho ditolak jika t hitung > t tabel.
- Ho diterima jika t hitung < t tabel.
            Berdasarkan pengolahan data diatas maka dapat diketahui t-hitung = 7,48 dan t-tabel = 1,69. Karena t-hitung > t-tabel (7,48 > 1,69) maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak. Jadi terdapat perbedaan hasil belajara antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS siswa yang tidak diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS pada kelasVIII MTs.Muhammadiyah Palleko Kabupaten Takalar.
              Adapun cara untuk melihat efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS pada siswa kelas VIII MTs.Muhammadiyah Palleko Kabupaten Takalar adalah dengan rumus efesiensi relatif, dengan rumus sebagai berikut :
Efesiensi relatif 2 terhadap 1 dirumuskan:
                        R( 2, 1 ) =     atau  
                                        =
                                        = 0,96
                        Dari uraian rumus di atas diketahui R  1, yaitu 0,96 < 1 yang berarti secara relatif 1 lebih efisien daripada 2.
            Dimana:
            Var 1 = variansi sampel kelas eksperimen
            Var 2 = variansi sampel kelas kontrol
D.      Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada kelas eksperimen yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS dan kelas kontrol yang tidak diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS pada siswa kelas VIII MTs.Muhammadiyah Palleko Kab.Takalar, diperoleh hasil sebagai berikut:
Lebih rendahnya rata-rata nilai hasil hasil belajar matematika peserta didik pada kelas yang diajar yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS  dikarenakan tidak adanya alat atau media yang dapat membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Karena hanya dengan contoh soal yang telah ditulis sebelumnya dirasa masih kurang untuk mendukung pengetahuan siswa dalam menyelesaikan soal. Sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa, dimana hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS hanya memiliki rata-rata 58,25, nilai ini termasuk ke dalam kategori sedang. Hal ini juga diperkuat oleh lembar observasi yang menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa kurang aktif dan kurang efektif.
Berbeda dengan peserta didik yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS, mereka memperoleh rata-rata kemampuan pecahan masalah matematika yang tinggi. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran mereka mempunyai alat atau media pendukung yaitu LKS (Lembar Kerja Siswa) yang dapat membantu memudahkan menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Di dalam LKS juga terdapat sedikit materi pokok, contoh soal dan soal latihan yang berguna melatih siswa dalam mengerjakan soal yang hampir sama dengan soal ulangan. Sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, dimana hasil belajar matematika yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS memiliki rata-rata 75,61, nilai ini termasuk ke dalam kategori tinggi. Hal ini juga diperkuat oleh lembar observasi yang menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa cukup aktif dan cukup efektif.
Kedua pernyataan di atas didukung oleh hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t-test sampel independen dan uji efesiensi relatif, yang mengatakan bahwa siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatatif tipe STAD dengan bantuan LKS lebih efektif daripada yang tidak diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs.Muhammadiyah Palleko Kabupaten Takalar.
Berdasarkan kajian pustaka yang dijelaskan sebelumnya bahwa belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok dapat menguasai materi. Tujuan belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman  baik secara individu maupun secara kelompok.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Norma Eralita dengan judul penelitian “efektivitas model pembelajaran kooperatif metode student teams achievement divisions (STAD) dan team assisted individualization (TAI) dilengkapi LKS terhadap prestasi dan motivasi belajar siswa pada materi pokok koloid kelas XI SMAN Kebakkramat”, yang mengatakan bahwa model kooperatif tipe STAD yang dilengkapi LKS lebih efektif dalam meningkatkan prestasi dan motivasi belajar di bandingkan model TAI yang dilengkapi LKS.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.    Rata-rata hasil belajar matematika siswa  kelas VIII MTs.Muhammadiyah Palleko Kab.Takalar yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS pada kelas kontrol adalah 58,25, dimana rata-rata hasil sebelum dilaksanakan pembelajaran adalah 54,56. Dengan demikian, persentase peningkatan  pada rata-rata hasil belajar yaitu mencapai 6,76%.
2.    Rata-rata hasil belajar matematika siswa  kelas VIII MTs.Muhammadiyah Palleko Kab.Takalar yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS pada kelas eksperimen adalah 75,61, dimana rata-rata hasil sebelum dilaksanakan pembelajaran adalah 59,16. Dengan demikian, persentase peningkatan  pada rata-rata hasil belajar yaitu mencapai 27,80%.
3.    Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada kelas VIII MTs.Muhammadiyah Palleko Kab.Takalar. Hal ini dapat dilihat pada rata-rata hasil belajar pada kelas kontrol = 58,25 dan kelas eksperimen = 75,61, sehingga dapat terlihat jelas bahwa tejadi peningkatan rata-rata hasil belajar peserta didik pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS. Hal ini dapat diperkuat dengan hasil dari efisiensi relatif dan analisis statistik inferensial (uji-t), dimana t hitung > t tabel (7,48 > 1,69).







DAFTAR PUSTAKA
Amran  YS Chaniago. Kamus Lengkap Bahas Indonasia. Bandung: Pustaka Setia, 2002.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Candiasa. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Kemampuan Abstraksi Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa”. Vol. 4 (2014): h. 1-11
Danim, Sudarwan. Pengantar Kependidikan. Bandung : Alfabeta, 2011.
Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan (Kuantitatif & Kualitatif). Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Eralita Norma. “Efektivitas model pembelajaran kooperatif metode student teams achievement divisions (STAD) dan team assisted individualization (TAI) dilengkapi LKS terhadap prestasi dan motivasi belajar siswa pada materi pokok koloid kelas XI SMAN Kebakkramat”,vol. 1. No. 1 (2012): hal. 59-66
Faturrohman. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Prestasi Pustakarya, 2012.
Fitriana Laila. “Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Tipe Group Investigation (GI) dan STAD Terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kemadirian Belajar  Siswa”. (2010): h. 1-114

Hadjar, Ibnu. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan. Jakarta: Raja     Grafindo Persada, 1995.
Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001.
Hernanta, Iyan. Ilmu Kedokteran Lengkap tentang Neurosains.Yogyakarta : D-Medika, 2013.
Ihsan, Fuad. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003.
Johnson David W. “ Cooperative Learning Methods: A Meta-Analysis”. (2000): h. 1-17
Karyasa Wayan. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan LKS Terhadap Pemahaman Konsep Kimia Ditinjau dari Motivasi Berprestasi”. Vol. 3. (2013): hal. 1-13

Manfaat, Budi. Membumikan Matematika dari Kampus ke Kampung. Cirebon : Eduvision            Publishing, 2010.
Maonde Faad. “The Discrepancy of Students’ Mathematic Achievement through Cooperative Learning Model, and the ability in mastering Languages and Science”. Vol. 3. No. 1 (2015): 141-158

Muhammad, Arif tiro. Dasar-Dasar Statistika. Makassar: Andira Publisher, 2008.
Muijs, Daniel. Effective Teaching : Teori dan Aplikasinya, diterjemahkan oleh Drs. Helly   PrajitnoSoetjipto, M.A. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008.
Prastowo, Andi. Pengembangan Bahan Ajar Tematik Tinjauan Teoretis dan Praktik.         Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014.

Putro, Eko Widoyoko. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.
Riyanto, Yatim. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Penerbit SIC, 2001.
Rusman. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010.
Rusman. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013.
Schmidt Henk G. “Effect of worksheet scaffolds on student learning in problem-based learning”. (2011): h. 517-528

Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta, 2010.
Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional,   2000.
Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004.
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D).  Bandung: Alfabeta, 2013.
Toman Ufuk. “Extended Worksheet Develoved According to 5E Medel Based On Constructivist Learning Approach”. Vol. 4. No.4 (2013): h. 173-183

Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenadamedia         Group, 2011.
Wati Yuni Pratama dan Ismono. Development Of Chemistry Student Worksheet  On Main Material Acid, Base, and Salt With Science Process Skills Orientation For Pioneering International Standard Junior High School”. Vol. 1. No.1 (2012): h. 235-243
Yusuf Muhammad. “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Lembar Kerja Siswa (LKS) Interaktif Berbasis Komputer di SMA Muhammadiyah 1 Palembang”. Vol. 4. No. 2 (2010): h. 34-44
















RIWAYAT HIDUP
            Istiqfar, lahir di Pattallassang Kabupaten Takalar pada tanggal 21 januari 1994. Anak dari pasangan suami istri Hasanuddin,A.MA.Pd dan St.Hj.Kartini, S.Ag. Ayah bekerja sebagai guru penjas di SD (PNS), dan Ibu pun bekerja sebagai guru agama di SD (PNS). Anak ketiga dari 3 bersaudara, kakak pertama bekerja sebagai pegawai LAPAS sedangkan kakak kedua bekerja sebagai mahasiswa (kuliah) di STIKES.
            Pendidikan formal berturut-turut di selesaikan di SD Inpres Bontorita pada tahun 2005, kemudian melanjutkan sekolah di MTs.Manongkoki dan selesai pada tahun 2008, lalu melanjutkan sekolah di SMA Negeri 3 Takalar dan selesai pada tahun 2011, dan sekarang menyelesaikan S1 di UIN Alauddin Makassar, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan , Jurursan Pendidikan Matematika.

No comments:

Post a Comment