KATA
PENGANTAR
Assalamu alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, alhamdulillahirabbil alaamin,
segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Karena atas berkat, rahmat dan
hidayahnyalah yang telah dilimpahkan kepada kami, sehingga kami dapat
menyelasikan dan menyusun makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktu.
Makalah yang kami buat ini, membahas tentang
“PERANAN DAN KONTRIBUSI TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DALAM TEKNOLOGI
PEMBELAJARAN”, makalah ini kami buat sebagai salah satu tugas dari mata kuliah
Teknologi Pembelajaran.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan kami petunjuk atau arahan
dalam membuat makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik.
Makassar, 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Teori adalah sekumpulan dalil yang
berkaitan secara sistematis yang menetapkan kaitan sebab akibat diantara
variable yang saling bergantung. Belajar adalah perubahan tingkah laku yang
relatif tetap terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Perubahan yang
dimaksud harus relatif permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama. Oleh
karena itu sangat dibutuhkan teori-teori belajar. Kebutuhan akan teori adalah
hal yang penting. Snelbecter dalam Ratna Wilis (1991:1), berpendapat bahwa
perumusan teori itu bukan hanya penting, melainkan vital bagian psikologi dan
pendidikan untuk dapat maju, berkembang dan memecahkan masalah-masalah yang
ditemukan dalam setiap bidang. Untuk itu pemahaman tentang konsep-konsep dan
prinsip-prinsip yang bersifat teoritis dan telah diuji kebenarannya melalui
ekspreimen sangat dibutuhkan. Kebutuhan akan hal tersebut melahirkan teori
belajar dan teori instruksional.
Teori belajar berhubungan dengan psikologi
terutama berhubungan dengan situasi belajar. Teori belajar bersifat deskriptif
dalam membicarakan proses belajar, sedangkan teori instruksional lebih bersifat
preskriptif dan menerangkan apa yang harus dilaksanakan untuk membicarakan
masalah-masalah praktis didunia pendidikan (Snelbecker, 1974 dalam teori,
1997).
Brunner (1964), mengemukakan bahwa teori
belajar adalah deskriptif, sedangkan teori instruksional adalah preskriptif.
Artinya teori belajar mendeskripsikan terjadinya proses belajar, sedangkan
teori instruksional mempreskripsikan strategi atau metode pembelajaran yang
optimal untuk memudahkan proses belajar.
Kontribusi dan implikasi teori belajar dan
instruksional dalam teknologi pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan,
khususnya yang didasarkan atas pengembangan pendidikan dengan bertitik tolak
untuk perbaikan pendidikan. Teori belajar instruksional sangat besar perannya
dibantu dengan peningkatan pendidikan.
B. Perumusan
Masalah
Berdasarkan Latar Belakang dan pembatasan masalah yang telah
disampaikan maka munculah beberapa perumusan masalah yang akan dibahas
diantaranya ;
1.
Apakah pengertian dari Teori Belajar Kognitifisme?
2.
Bagaimanakah penerapan Teori Belajar Kognitifisme pada proses pembelajaran?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tadi maka tujuan pembahasan
disini adalah:
1.
Mengetahui pengertian dari Teori Belajar Kognitifisme?
2. Mengetahui
penerapan Teori Belajar Kognitifisme dengan Pendekatan Strategi CTL pada proses
pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Belajar Kognitif
Belajar kognitif memandang belajar
sebagai proses memfungsikan unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk
dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar
pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses
pengolahan informasi.
Teori belajar kognitif lebih
menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran
manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996: 53) bahwa “Belajar adalah
suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan
pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif
dan berbekas”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas
mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi
aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk
pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat
relatif dan berbekas.
Teori belajar kognitif ini memfokuskan perhatiannya kepada
bagaimana dapat mengembangkan fungsi kognitif individu agar mereka dapat
belajar dengan maksimal. Faktor kognitif bagi teori belajar kognitif merupakan
faktor pertama dan utama yang perlu dikembangkan oleh para guru dalam membelajarkan
peserta didik, karena kemampuan belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh
sejauh mana fungsi kognitif peserta didik dapat berkembang secara maksimal dan
optimal melalui sentuhan proses pendidikan.
Peranan guru menurut teori belajar kognitif ialah bagaimana dapat mengembangkan
potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik. Jika potensi yang ada pada
setiap peserta didik telah dapat berfungsi dan menjadi aktual oleh proses
pendidikan di sekolah, maka peserta akan mengetahui dan memahami serta
menguasai materi pelajaran yang dipelajari di sekolah melalui proses belajar
mengajar di kelas.
Pengetahuan tentang kognitif peserta didik perlu dikaji secara mendalam oleh
para calon guru dan para guru demi untuk menyukseskan proses pembelajaran di
kelas. Tanpa pengetahuan tentang kognitif peserta didik guru akan mengalami
kesulitan dalam membelajarkan peserta didik di kelas yang pada akhirnya
mempengaruhi rendahnya kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di
kelas melalui proses belajar mengajar antara guru dengan peserta didik
Belajar merupakan ciri
khas manusia yang membedakannya dengan binatang. Belajar yang dilakukan manusia
merupakan bagian hidupnya dan berlangsung seumur hidup. Dalam belajar, si
belajar yang lebih penting sebab tanpa si belajar tidak ada proses belajar.
Oleh karena itu tenaga pengajar perlu memahami terlebih dahulu teori belajar,
alasannya:
- Membantu pengajar untuk memahami proses belajar yang terjadi didalam diri si belajar
- Dengan kondisi ini pengajar dapat mengerti kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi, memperlancar atau menghambat proses belajar
- Mungkin pengajar melakukan prediksi yang cukup akurat tentang hasil yang dapat diharapkan pada suatu aktivitas belajar
- Teori ini merupakan sumber hipotesis atau dugaan-dugaan tentang proses belajar yang dapat diuji kebenarannya melalui eksperimen atau penelitian, dengan demikian dapat meningkatkan pengertian seseorang tentang proses belajar mengajar
- Hipotesis, konsep-konsep dan prinsip-prinsip ini dapat membantu si pengajar meningkatkan penampilannya sebagai seorang pengajar yang efektif
Secara umum semua teori belajar dapat kita
kelompokkan menjadi empat golongan atau aliran yaitu:
- Teori Belajar Behaviorisme (tingkah laku)
- Teori Belajar Kognitivisme
- Teori Belajar Humanistik
- Teori Belajar Sibernetik
1. Teori Belajar
Behaviorisme
Menurut teori belajar ini adalaj perubahan
tingkah laku, seseorang dianggap belajar sesuatu bila ada menunjukkan perubahan
tingkah laku. Misalnya, seorang siswa belum bisa membaca maka betapapun gurunya
berusaha sebaik mungkin mengajar atau bahkan sudah hafal huruf A sampai Z di
luar kepala, namun bila siswa itu gagal mendemonstrasikan kemampuannya dalam
membaca, maka siswa itu belum bisa dikatakan belajar. Ia dikatakan telah
belajar apabila ia menunjukkan suatu perubahan dalam tingkah laku ( dari tidak
bisa menjadi bisa membaca).
Yang terpenting dari teori ini adalah
masukan atau input yaitu berupa stimulus dan out put yang berupa respons.
Sedang apa yang terjadi diantara stimulus dan respons itu dianggap tidak
penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati. Yang bisa diamati adalah
stimulus dan respons, misalnya stimulus adalah apa saja yang diberikan guru
kepada siswa tersebut dalam rangka membantu siswa untuk belajar. Stimulus ini
berupa rangkaian alfabet, beberapa kalimat atau bacaan, sedangkan respons
adalah rekasi terhadap stimulus yang diberikan gurunya.
Menurut teori behaviorisme apa saja yang
diberikan guru (stimulus) dan apa saja yang dihasilkan siswa (respons) semua
harus bisa diamati, diukur, dan tidak boleh hanya implisit (tersirat). Faktor
lain yang juga penting adalah faktor penguat (reinforcement). Penguat adalah
apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respons. Bila penguatan ditambah
(positive reinforcement) maka respons akan semakin kuat. Begitu
juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) responspun akan tetap
dikuatkan.. Misalnya bila seorang anak bertambah giat belajar apabila uang
sakunya ditambah maka penambahan uang saku ini disebut sebagai positive
reinforcement. Sebaliknya jika uang saku anak itu dikurangi dan pengurangan ini
membuat ia makin giat belajar, maka pengurangan ini disebut negative
reinforcement.
Prinsip-prinsip teori behaviorisme yang
banyak dipakai didunia pendidikan ialah (Harley & Davies, 1978 dalam Toeti,
1997):
- Proses belajar dapat berhasil dengan baik apabila si belajar ikut berpartisipasi secara aktif didalamnya
- Materi pelajaran dibentuk dalam bentu unit-unit kecil dan diatur berdasarkan urutan yang logis sehingga si belajar mudah mempelajarinya
- Tiap-tiap respons perlu diberi umpan balik secara langsung, sehingga si belajar dapat mengetahui apakah respons yang diberikan telah benar atau belum
- Setiap kali si belajar memberikan respons yang benar maka ia perlu diberi penguatan. Penguatan positif ternyata memberikan pengaruh yang lebih baik daripada penguatan negatif
Adapun kritik terhadap teori behaviorisme
adalah:
- Asumsi pokoknya bahwa semua hasil belajar yang berupa perubahan tingkah laku yang bisa diamati, juga dianggap terlalu menyederhanakan masalah belajar yang sesungguhnya. Tidak semua hasil belajar bisa diamati dan diukur, paling tidak dalam tempo seketika.
- Teori ini tidak mampu menjelaskan proses belajar yang kompleks
Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam
pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat
materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang
tersedia. Pelopor terpenting teori ini antara lain adalah : Pavlov, Watson,
Skinner, Thorndike, Hull, dan Guthrie.
2. Teori Belajar
Kognitivisme
Menurut teori ini, belajar adalah
perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu
berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini
adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya.
Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut
teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru
beradaptasi secara klop dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh
siswa.
Dalam perkembangan setidaknya ada tiga
teori belajar yang bertitik tolak dari teori kognitivisme ini yaitu: Teori
perkembangan piaget, teori kognitif Brunner dan Teori bermakna Ausubel. Ketiga
teori ini dijabarkan sebagai berikut:
No
|
Piaget
|
Brunner
|
Ausubel
|
1
2
|
Proses
belajar terjadi menurut pola tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai dengan
umur siswa
Proses
belajar terjadi melalui tahap-tahap:
a.
Asimilasi
b.
Akomodasi
c.
Equilibrasi
|
Proses
belajar lebih ditentukan oleh karena cara kita mengatur materi pelajaran dan
bukan ditentukan oleh umur siswa
Proses
belajar terjadi melalui tahap-tahap:
a.
Enaktif (aktivitas)
b.
Ekonik (visual verbal)
c.
Simbolik
|
Proses
belajar terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang
dimilikinya dengan pengetahuan baru
Proses
belajar terjadi melaui tahap-tahap:
a.
Memperhatikan stimulus yang diberikan
b.
Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah
dipahami.
|
Prinsip kognitivisme banyak dipakai di
dunia pendidikan, khususnya terlihat pada perancangan suatu sistem
instruksional, prinsip-prinsip tersebut antara lain:
- Si belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu
- Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks
- Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya menghafal tanpa pengertian penyajian
Adapun kritik terhadap teori kognitivisme
adalah:
- Teori kognitif lebih dekat kepada psikologi daripada kepada teori belajar, sehingga aplikasinya dalam proses belajar mengajar tidaklah mudah
- Sukar dipraktekkan secara murni sebab seringkali kita tidak mungkin memahami “struktur kognitif” yang ada dalam benak setiap siswa.
Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam
pembelajaran, guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang
mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar
belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan,
guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari
sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian
perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
3. Teori Belajar
Humanistik
Tujuan belajar adalah untuk memanusiakan
manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si belajar telah memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain si belajar dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Secara umum teori ini cenderung bersifat elektik dalam
arti memanfaatkan teknik belajar apapun agar tujuan belajar dapat tercapai.
Sebagai contoh teori ini terwujud dalam karya David Krathwol dan Benjamin Bloom
(Taksonomi Bloom), Klob (belajar empat tahap), Honey and Mumford (pembagian
tentang macam siswa) dan Habermes (tiga macam tipe belajar).
Teori humanistik ini dikritik karena sukar
digunakan dalam konteks yang lebih praktis. Teori ini dianggap lebih dekat
dengan dunia filsafat daripada dunia pendidikan.
Aplikasi teori humanistik dalam
pembelajaran, guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif,
mementingkan pengalaman serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam
proses belajar.
4. Teori belajar Sibernetik
Teori ini masih baru jika dibandingkan
dengan ketiga teori yang telah dijelaskan sebelumnya . Teori ini berkembang
sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. Menurut teori ini belajar adalah
pengolahan informasi . Teori ini berasumsi bahwa tidak ada satupun jenis cara
belajar yang ideal untuk segala situasi, sebab cara belajar sangat ditentukan
oleh sistem informasi.
Teori ini dikembangkan oleh Landa (dalam
bentuk pendekatan algoritmik dan Neuristik) serta Pask and Scott dengan
pembagian tipe siswa yaitu type Wholist dan type Ferialist.
Teori sibenrnetik ini dikritik karena
lebih menekankan pada sistem informasi yang akan dipelajari, tetapi kurang
memperhatikan bagaimana proses belajar berlangsung sehingga untuk selanjutnya
banyak yang berasumsi bahwa teori ini sulit untuk dipraktekkan.
Aplikasi teori sibernetik terhadap proses
pembelajaran hendaknya menarik perhatian, memberitahukan tujuan pembelajaran
kepada siswa, merangsang kegiatan pada prasyarat belajar, menyajikan bahan
perangsang, memberikan bimbingan belajar, mendorong untuk kerja, memberikan
balikan informatif, menilai unjuk kerja, meningkatkan retensi dan alih belajar.
B.
Kontribusi Teori Belajar dalam Teknologi Pendidikan
Teknologi pendidikan atau teknologi
pembelajaran telah dipengaruhi oleh teori dari berbagai bidang kajian.
Kontribusi spesifik dan pengaruh penelitian dan teori terhadap kawasan-kawasan
dalam teknologi pendidikan adalah sebagai berikut:
- Desain
Dengan
pembelajaran berakar pada teori belajar. Pandangan pakar perilaku sangat
mendominasi dalam aplikasi perancangan pembelajaran. Saat ini, perancangan
pembelajaran menekankan pada aplikasi psikologi kognitif (polson, 1993 dalam
Seel & Richey, 1994)
2.
Pengembangan
Proses
pengembangan pembelajaran bergantung pada prosedur desain, akan tetapi
prinsip-prinsip utamanya diturunkan dari hakekat komunikasi dan proses belajar,
Kawasan
pengembangan ini didasarkan pada teori Shannon dan Weaver (1949), yang
menjelaskan tentang penyampaian pasar dari pengirim kepada penerima dengan
menggunakan sarana sensorik. Selain itu kawasan pengembangan juga dipengaruhi
oleh literatur visual melalui penerapan teori berfikir visual dan komunikasi
visual.
3.
Pemanfaatan
Kawasan
ini berkembang dan mencakup pada difusi dan pemanfaatan ilmu pengetahuan
termsuk peranan publik sebagai suatu mekanisme perkembangan. Contoh tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan proses dan materi pembelajaran
termasuk sikap si belajar terhadap teknologi. tingkat independensi si belajar
dan faktor-faktor lain yang dapat menghambat atau mendukung pemanfaatan media
tau materi dalam konteks sistem pembelajaran yang lebih luas. Pemanfaatan dalam
teknologi pendidikan banyak menyinggung masalah-masalah seperti penggunaan
media secara optimal dan pengaruh media terhadap waktu yang diperlukan untuk
belajar (Thompson, Simonson, dan Margrave, 1992).
4.
Pengolahan
Pengolahan
dalam pembelajaran muncul karena pengaruh aliran perilaku dan berfikir
sistematik behaviorisme serta aspek humanistik, dari teori komunikasi, motivasi
dan produktifitas, dan ini banyak diaplikasikan pada berbagai bidang pengolahan
dan pengelola perubahan.
5.
Penilaian
Analisis
dan penilaian peranan penting dalam proses desain pembelajaran dan teknologi
itu sendiri.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Belajar
kognitif memandang belajar sebagai proses memfungsikan unsur-unsur kognisi,
terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang
dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal
berfikir, yakni proses pengolahan informasi.
2. Kontribusi
spesifik dan pengaruh penelitian dan teori terhadap kawasan-kawasan dalam
teknologi pendidikan meliputi desain, pengembangan, pemanfaatan, pengolahan dan
penilaian.
No comments:
Post a Comment